Recent Posts

Popular Posts

Jumat, 06 Januari 2023

Menikmati Indahnya Kepulauan Tropis Maluku Utara Dari Ketinggian


        Meski peluh telah membasahi pakaian yang membungkus tubuh namun asa untuk melihat keindahan yang diucapkan oleh banyak orang seakan memberi sugesti kepada diri untuk terus melangkah. Beruntung, perjalanan yang ditempuh tidak terlalu terik oleh terpaan sinar matahari namun relatif tertutupi oleh pohon pala, durian, dan pohon lain yang tumbuh dengan baik sehingga seperti memberi perlindungan alami. Udara sejuk, semua terlihat hijau nan menarik dapat memberikan energi baru terkhusus bagi diri sendiri yang saban hari berkutat menghidupi diri di ruangan tertutup.

        Perjalanan kali ini, membawa diri ke sebuah lokasi wisata yang cukup terkenal bagi generasi muda di Kota Ternate, Maluku Utara.  Taman Love, merupakan nama beken bagi lokasi wisata ini yang setiap akhir pekan akan ramai dikunjungi oleh wisatawan muda Kota Ternate hingga para pendatang. Dari penuturan masyarakat Ternate, dahulu lokasi Taman Love merupakan perkebunan pala yang sering dilalui oleh para pendaki gunung yang ingin menggapai puncak Gunung Gamalama. Wajar saja, karena lokasi ini merupakan jalur pendakian yang akan dilewati oleh para pendaki. Karena lokasi yang dianggap strategis untuk dapat melihat dengan luas pemandangan kepulauan Maluku Utara dan viral di sosial media sehingga pemilik kebun membuka lokasi ini menjadi lokasi wisata lengkap dengan camping area, saung untuk berteduh bagi para pengunjung, hingga warung yang menjual makanan dan minuman. 

    Untuk mencapai lokasi ini juga tidak terlalu sulit. Setelah memarkirkan kendaraan bermotor (secara umum wisatawan menggunakan sepeda motor) di perkebunan pala dan durian (arah yang ditempuh menggunakan GMaps dengan tujuan Taman Love), wisatawan tinggal berjalan kaki mengikuti jalur tanah yang sudah terbuka lebar. 

Menuju Taman Love 
    
        Dibutuhkan waktu kurang lebih 30 - 50 menit berjalan kaki tergantung ketahanan wisatawan untuk terus berjalan. Secara umum, medan yang akan ditempuh lebih banyak menanjak. Sehingga kebugaran dan kesiapan fisik sangat dibutuhkan agar dapat menikmati perjalanan untuk mencapai Tamana Love.  Namun meski medan yang akan dilewati cukup menantang, keindahan di sepanjang perjalanan menuju Taman Love sangat luar biasa. Di sepanjang kiri dan kanan akan melewati perkebunan Pohon Pala, durian,  tanaman hutan lainnya serta kicauan burung yang kerap kali memberi alunan simfoni yang sangat indah dan menarik. 
              
Buah pala yang dipanen secara tradisional dengan memanjat pohon dan mengambil buah pala secara langsung

   Sebelum memasuki Taman Love, wisatawan akan dikenai biaya Rp.5000/orang dan akan dikenai biaya tambahan Rp.20.000/tenda/ malam jika akan menginap di lokasi camping area yang telah disediakan dan posisi camping area yang langsung menghadap tepat ke arah Kota Ternate serta pulau - pulau tropis Maluku Utara dari ketinggian.
Icon Taman Love, Maluku Utara 
    Bagi wisatawan yang tidak memiliki tenda, pengelola lokasi wisata Taman Love juga menyediakan tenda untuk disewa dengan biaya sewa Rp.100.000/malam (harga bisa saja berubah sewaktu-waktu). 
Keindahan lokasi ini memang benar adanya sangat menarik dan indah. Di depan mata terlihat jelas Kota Ternate, Pulau Tidore, Maitara, dan Pulau Halmahera yang memanjang seperti tiada putusnya. 
Di balik keindahan Taman Love seperti kebanyakan lokasi wisata massal yang belum dikelola dengan baik, permasalahan sampah yang dibuang sembarangan masih menjadi tantangan dan hambatan tersendiri. Kerap kali sampah plastik seperti botol plastik, pembungkus makanan plastik, puntung rokok, sering kali terlihat di sepanjang perjalanan menuju Taman Love. Kearifan dan saling menjaga kebersihan merupakan hal mutlak yang patut dimiliki oleh wisatawan yang melakukan aktifitas di ruang terbuka seperti perjalanan untuk mencapai Taman Love.

     Keindahan Taman Love akan sangat berkurang dengan adanya sampah plastik yang berserakan.  Peran serta aktif wisatawan dalam menjaga kebersihan ketika akan melakukan perjalanan ke Taman Love merupakan sebuah kepastian yang tidak dapat ditawar. Jika lokasi ini dijaga dan terpelihara dengan baik bukan tidak mungkin, Taman Love akan menjadi lokasi wisata andalan Kota Ternate karena keindahan dan aksesbilitas yang tidak terlalu sulit namun cukup menantang. Ditambah pula dengan adanya faktor pendukung seperti warung dan toilet yang akan membuat nyaman wisatawan yang datang berkunjung. 
 Taman Love, Maluku Utara
         
        Siapkan ransel dan  datang berkunjung ke Taman Love. Dijamin tidak akan menyesal meski tubuh basah dengan peluh keringat. Disitu pula terdapat tantangan yang menarik untuk dapat mencapai Taman Love. Jalan yang menanjak, keindahan tropis di sepanjang perjalanan dan berkahir dengan keindahan tiada tara dimana alam terbuka yang begitu indah dan megah terhampar di depan mata. 
Ayo berwisata ke Taman Love!

 









Jumat, 27 Mei 2022

Alarm Filipina Bagi Indonesia


Terlihat ratusan orang berkumpul untuk merayakan sebuah kemenangan yang dihasilkan oleh proses demokrasi. Tua, muda merasakan kegembiraan akan kemenangan pemimpin yang mereka pilih secara langsung. Semua terlihat indah ketika kelompok masyarakat bersukacita karena telah lahirnya pemimpin yang mereka pilih atas kehendak pribadi. Saluran demokrasi menjadikan setiap individu merasakan kemenangan bukan hanya menjadi milik pemenang suara namun lebih dari itu merupakan kemenangan dari pemberi suara.

Sumber : Infografis Ferdinand Marcos Jr Unggul Telak dalam Pilpres Filipina (inews.id)

 

Cerita diatas indah nampaknya, jalur demokrasi berhasil menciptakan pemimpin yang dipilih langsung oleh rakyat. Namun yang menjadi ganjal ketika pemimpin yang terpilih merupakan generasi penerus pemimpin yang memiliki rekam jejak sejarah yang teramat buruk.  Hal ini yang menjadi catatan kritis demokrasi  dewasa kini.

Filipina merupakan sebuah negara kepulauan yang masuk ke dalam kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia. Nama Filipina diberikan oleh seorang navigator asal Spanyol, Ruy Lopez Villalobos. Untuk menghormati Raja negaranya yakni Phillip II, dia memberi nama daerah tersebut Las Felipinans yang diterjemahkan menjadi Filipina (Negara Filipina: Karakteristik - Penduduk dan Faktanya - IlmuGeografi.com).

Mungkin di benak kita nama Filipina masih asing sebagai sebuah wilayah. Kini, Filipina ramai menjadi perbincangan di dunia maya karena kemenangan anak mantan Presiden terlama Filipina yakni Ferdinand Marcos. Nama ini juga mungkin menjadi asing bagi masyarakat kita terlebih bagi anak – anak muda saat ini. Ferdinand Marcos berkuasa atas Filipina selama 21 tahun lamanya. Dalam rentang waktu selama itu, Ferdinand Marcos ditulis oleh sejarah sebagai pemimpin yang korup, otoriter dan sebagai pelarian ketika masyarakat di negaranya menolak kepemimpinannya. Sumber referensi : Biografi Ferdinand Marcos: Kebijakan Eks Presiden Diktator Filipina (tirto.id)

Diketahui pula, istri mendiang Ferdinand Marcos memiliki perilaku yang gemar akan kemewahan.  Sebuah kisah yang paling terkenal darinya yakni koleksi ribuan sepatu mewah dengan brand ternama. Pada 1986, jurnalis People Roger Wolmuth pernah mendeskripsikan gaya hidup hedon sang ibu negara kala berkunjung ke luar Manila. Artikel berjudul “The Imelda Marcos Shopping Guide: a Cache 'n' Carry Way to Spend the Fortunes of a Nation” memaparkan betapa bangganya Imelda saat memamerkan dua koper dari kulit buaya yang dipenuhi perhiasan. “Bagian dalam koper itu berisi berbagai laci. Setiap lacinya menyimpan perhiasan dengan warna berbeda yang terbuat dari berlian, emerald, rubi, safir,” catat Wolmuth (Imelda Marcos, Ibu Negara Hedon yang Gemar Menghamburkan Duit (tirto.id))

Kini generasi penerus Ferdinand Marcos memiliki kans besar untuk menjadi pemimpin Filipina yang baru melalui proses hitung cepat yang dilakukan oleh penyelenggara pemilihan umum. Sebuah hal yang teramat janggal ketika sejarah kolektif masyarakat terhapus dengan cepatnya atas kemenangan putra mendiang Presiden Ferdinand Marcos yang memiliki rekam jejak sejarah teramat buruk di Filipina.Sejarah kelam yang tersemat pada Ferdinand Marcos sebagai pemimpin yang digulingkan oleh rakyat pada 1986 karena kasus megakorupsi, menangkap oposisi, serta memerintahkan pembunuhan tanpa peradilan pada ribuan warga sipil tidak serta membuat masyarakat Filipina sadar akan sejarah tersebut.

Kemenangan Ferdinand Marcos, Jr menurut pengamat politik di Filipina tidak terlepas akan adanya pembuatan opini disinformasi sejarah. Opini yang dibentuk dan disebarluaskan melalui platform sosial media menegaskan dibawah kepemimpinan Ferdinand Marcos merupakan masa keemasan Filipina dari kurun 1965 – 1986.  Segala citra buruk yang dilakukan oleh Ferdinand Marcos mendapatkan pembenaran atas situasi kondisi sosial politik ketika Marcos berkuasa.

Melihat hal ini, kita akan teringat akan adanya sebuah opini yang terbangun di masyarakat kini. Persis seperti yang dilakukan pendukung Marcos, kita tidak asing dengan opini ‘’ Piye kabare, isih penak zamanku toh’’. Sebuah opini kampanye yang melegitimasi pembenaran rezim orde baru yang berlansung 32 tahun lamanya. Dengan dalih pembangunan yang masif dilakukan oleh orde baru setiap pelanggaran hak asasi manusia, perusakan lingkungan hidup, kepemilikan timpang pengelolaan sumber daya alam, korupsi yang menjalar baik di dalam keluarga dan kroni orde baru seolah – olah hilang karenanya. (sumber referensi melihat gagalnya pembangunan orde baru; Gagalnya Pembangunan: Membaca Ulang Keruntuhan Orde Baru, Andrinof A. Chaniago) Sumber : Gurita Bisnis Keluarga Soeharto (tirto.id)

     Kini anasir – anasir orde baru masih tampak dan hidup di dalam politik Indonesia. Selain itu generasi penerus Suharto telah tampak pula tidak enggan untuk ikut terlibat dalam politik praktis seperti pembentukan Partai Berkarya. Reformasi hanya membawa kebebasan namun tidak menyentuh dasar penghapusan orde baru yang mungkin akan kembali bangkit dari tidur panjangnya. Cepat atau lambat seperti yang terlihat di Filipina saat ini. Bagian – bagian mesin orde baru akan terus berubah bentuk dengan perkembangan zaman. Yang tidak boleh luput dari kita semua yakni “Menolak Lupa” akan bagian – bagian pendukung orde baru selama puluhan tahun. Yang menjadi unik yakni tidak hanya pada di Keluarga Cendana namun juga individu – individu pendukung rezim orde baru yang sampai saat ini masih terus melenggang bebas kesana – kemari dan terpilih pula menjadi bagian pemerintah.

Melihat kemenangan anak diktator Filipina merupakan sebuah alarm waspada bagi demokrasi Indonesia. Tidak lupa akan sejarah merupakan sebuah keniscayaan dalam menjalankan demokrasi yang sehat. Terlebih bagi anak – anak muda sebagai bagian masyarakat dengan jumlah terbesar di Indonesia (Badan Pusat Statistik, Penduduk Indonesia didominasi oleh generasi Z sebesar 27,94% dan generasi milenial mencapai 25,87% - Kepala BPS Suhariyanto dalam rilis data sensus penduduk 2020 dan data administrasi kependudukan 2020) BPS: Penduduk Indonesia didominasi generasi Z dan milenial - ANTARA News

Informasi yang sehat dalam melihat politik di Indonesia merupakan sebuah hal yang mutlak untuk menciptakan iklim politik, sosial, ekonomi dan demokrasi yang lebih baik dari kesalahan – kesalahan yang dilakukan oleh pemimpin – pemimpin sebelumnya. Agar kelak hanya pemimpin yang memiliki track record yang baik, memiliki visi – misi kebangsaan yang tinggi, jiwa nasionalisme yang besar dan mengutamakan kepentingan nasional di atas segalanya merupakan nilai – nilai wajib yang harus dimiliki pemimpin nasional kelak serta tidak lupa, tidak terlibat langsung atau tidak langsung atas rezim otoritarian yang membelenggu bangsa ini selama puluhan tahun.

Tanpa ada semangat atau itikad mengajarkan sejarah dan informasi yang jujur bukan tidak mungkin apa yang terjadi di Filipina akan terjadi pula di Indonesia karena memiliki latar belakang sejarah yang hampir sama pernah berada di bawah rezim otoritarian yang korup. Karena sejatinya demokrasi akan berjalan baik ketika setiap warga negara terkait dengan kebijaksanaan dan  mencintai ilmu pengetahuan. Diluar itu akan terjadinya demokrasi yang amburadul dan ugal – ugalan. Seperti demokrasi itu sendiri yang membuka peluang kebebasan bagi siapa saja baik bandit maupun orang yang bijaksana untuk menjadi pemimpin. Yang pasti kemajuan dan kebesaran bangsa ini terkait erat dengan kebijaksanaan dan kecerdasan warga negaranya untuk memilih pemimpin.

            Sudah saatnya terlibat aktif di dalam demokrasi. Seperti yang Plato katakan “Salah satu hukuman menolak berpartisipasi dalam politik adalah kamu akhirnya diperintah oleh orang tidak kompeten.” . Demokrasi menuntut hal tersebut dan sudah selayaknya kita sebagai warga negara melakukannya.


Sabtu, 16 April 2022

Menempuh Rimba Sebuah Tantangan Bertualang

Jalur di depan mata terlihat dipenuhi dengan semak yang menutup pandangan mata. Berkali – kali parang tebas dihantamkan ke tumbuhan merambat untuk membuka jalur agar kami dapat melewati jalan. Onak duri beberapa kali pula menggores jari yang tidak tertutup. Peluh keringat terus membanjiri tubuh tanpa henti. Beban bawaan masih teramat berat pula karena ini masih awal perjalanan. Inilah sebuah tantangan bertualang menempuh rimba yang sangat jarang dilalui oleh manusia. Sangat menantang dan juga sangat mengasyikkan bagi para penjelajah.

Perjalanan ini dimulai ketika sebuah pesan masuk ke gawai berisi ajakan dari seorang junior di perhimpunan  pencinta alam yang dulu saya pernah aktif di dalamnya ketika masih memiliki status sebagai mahasiswa. Sebuah perjalanan kembali mengajak saya untuk masuk jauh ke dalam rimba hutan hujan tropis Sumatra untuk melewati semak belukar, lembahan, sungai yang mengalir bersih, kabut, pepohonan besar dan tanjakan tanah yang saban kali amblas ketika diberi beban tubuh. Semua memori tersebut segera merayap ke dalam pikiran dan tepat pula, aku memiliki banyak waktu luang dan segera menyatakan diri untuk siap terlibat dalam perjalanan tersebut.

 Perjalanan yang memakan waktu ±3 dari Kota Medan akhirnya membawa kami sampai di sebuah desa. Udara segar khas dataran tinggi, pepohonan besar yang mengelilingi desa merupakan pemandangan yang teramat indah dan menyenangkan. Tepat memang jika kembali ke desa merupakan sebuah perjalanan rekreasi untuk melepas penat kehidupan kota. Tidak butuh lama, peta topografi yang telah diberi tanda khusus dan GPS kami gunakan untuk menentukan titik awal perjalanan. Dari peta topografi dan menganalisis peta tersebut, perjalanan yang kami akan tempuh akan tercapai dalam waktu tidak sampai 2 hari penuh. Pagi hari memulai perjalanan dan esok siang atau sore perjalanan telah berakhir di tujuan.

Perjalanan awal memasuki medan bebatuan dan berganti dengan jalan beton yang terus menanjak curam. Keringat terus mengalir dengan derasnya tanpa henti, jantung berdegup sangat kencang karena medan yang terus menerus naik menanjak tanpa henti ditambah beban bawaan yang masih penuh. Perlahan dengan sangat perlahan kaki melangkah pelan. Jalanan beton di depan mata terus menanjak seperti tiada berakhir. Meski udara sejuk, keringat seperti enggan untuk tidak keluar terus menerus membasahi tubuh. Hampir 1 jam jalanan beton tersebut akhirnya bisa terlewati dengan segala usaha dan jalan berganti dengan jalanan tanah yang dikelingi rumah – rumah warga desa yang sangat bersahaja.

Perjalanan dimulai

Desa yang kami lewati merupakan sebuah pemukiman masyarakat yang berasal dari Suku Karo yang umumnya memang tinggal menetap di dataran tinggi Sumatra Utara. Mayoritas masyarakat memiliki mata pencaharian sebagai petani dan peternak. Ketika kami melewati desa, tidak banyak terlihat masyarakat. Kemungkinan mereka masih bekerja, hanya anak-anak dan orang tua saja yang melemparkan senyum ramah ketika kami menyapa mereka.  Rumah masyarakat desa umumnya terbuat dari kayu dan memiliki desain yang secara keseluruhan hampir sama satu sama lain. Terdapat pula 1 gereja tua yang terlihat tidak difungsikan lagi.

 Suara anjing yang menyalak dengan keras pertanda orang asing datang juga menemani kami selama menyusuri desa. Sampai hingga batas desa, suara anjing yang menyalak dengan keras berakhir dan kami terus melanjutkan perjalanan selangkah demi selangkah hingga desa tidak terlihat dan terganti dengan tumbuhan kopi dan pepohonan di samping kiri dan kanan jalanan bebatuan. Medan datar ditambah pemandangan yang sangat memanjakan mata menjadikan langkah teramat ringan dan menyenangkan. Perlahan menyusuri jalan menghantarkan kami di ujung jalan yang telah berubah menjadi jalanan tanah dan lebih tertutup oleh pepohonan hutan. Dari sini, peta kembali dibuka untuk menentukan jalur mana yang akan ditempuh karena terlihat 2 percabangan jalan yang berbeda.

Jalur perkebunan warga desa

Perjalanan kembali dilanjutkan melewati perkebunan warga yang tidak dijaga, Terlihat komoditi kopi dan cabai yang ditanam. Mungkin karena kebun tidak dijaga, beberapa kali kami harus menebas semak yang menghalangi jalan. Matahari semakin condong ke atas dan tidak ada tutupan pepohonan besar di sekitar kebun yang kami lewati. Parang tebas terus dihantam ke semak belukar yang terus menutup jalan yang akan dilewati. Hingga akhirnya setelah berkutat dengan tebas menebas medan berganti lagi dengan kebun yang masih ditutupi pepohonan besar. Peta kembali dibuka untuk memastikan posisi dan jalur perjalanan yang masih berada tepat di jalur yang telah ditentukan.

Jalur melewati perkebunan warga desa yang dipenuhi semak

Jalur yang telah ditetapkan sebelumnya mengarahkan kami untuk turun menuju lembahan. Suara gemuruh air sungai terdengar nun jauh di bawah kami berdiri. Terlihat rapatnya pepohonan seperti benteng yang menghadang kami untuk melewatinya. Perlahan satu per satu dari kami menuruni lembahan curam tersebut. Mata selalu awas untuk terus mencari pegangan ketika turun. Perlahan akhirnya kami bisa keluar dari rapatnya pepohonan dan medan yang sangat curam. Sungai yang kami dengar dari atas jelas terlihat di depan mata. Anakan sungai tidak terlalu besar namum memiliki arus yang sangat kencang. Memiliki air yang bersih dan sejuk.  

Lokasi campsite

Tidak jauh dari sungai kami telah masuk ke dalam sebuah lembahan yang sangat luas. Terlihat lembahan ini dahulu merupakan bagian hutan hujan yang ditumbuhi oleh pohon – pohon besar namun kini telah berubah menjadi semak karena tidak diolah langsung oleh pembuka lahan.  Terlihat di depan mata, rimba hutan hujan tropis yang sangat luar biasa indahnya. Pepohonan besar yang sangat rapat satu sama lain.  Hutan hujan tropis Sumatra yang sangat luar biasa indahnya dan membuat saya selalu rindu untuk kembali kepadanya.

Melalui serangkaian diskusi bersama dan melihat posisi pada peta diputuskan untuk bermalam di lembahan. Hal ini diputuskan karena hari semakin sore dan jika perjalanan dilanjutkan, lokasi berkemah akan dilakukan di punggungan yang curam serta tidak ada sumber air. Setelah kesepakatan selesai dengan cepat kami segera mencari lokasi berkemah yang aman dan tidak terlalu jauh dari sumber air. Terlihat batuan andesit bermacam ukuran yang berserakan menutupi tanah. Pepohonan kecil yang tumbuh dari pohon besar tumbang terlihat dimana – mana namun semua tumbuhan yang ada tidak lebih tinggi dari ukuran manusia dewasa. Cuaca begitu cerah dan momen yang paling menyenangkan, hanya kami disini di tengah kebesaran alam. Di depan terlihat punggungan yang ditumbuhi rapatnya pepohonan besar dan di belakang kami terlihat lembahan yang begitu luasnya dan terlihat pula pemukiman jauh dibawah sana. Sebuah pemandangan indah tiada tara ditengah – tengah antah berantah nun jauh di pedalaman.

Lembahan yang telah dipenuhi semak 

Diantara batu – batu besar kami dirikan tempat berkemah. Pembagian tugas dilakukan dengan cepat. Ada yang memasak dan ada yang membuat api unggun. Tidak ada satu orang pun yang berleha – leha, semua melakukan tugasnya masing – masing. Selingan canda dan tawa diantara kami terus mewarnai malam itu. Sempat hujan mengguyur namun dengan cepat pula guyuran hujan berganti dengan cerahnya langit yang bertabur bintang – bintang yang berserakan dengan indahnya. Malam begitu cerah dan kami berkumpul di api unggun karena suhu mulai turun dan semakin dingin.Percakapan antar percakapan mengalir dengan lancar, minuman hangat baik kopi dan teh panas  menjadi pelengkap percakapan. Hingga malam semakin larut, satu per satu diantara jatuh pada peraduannya masing-masing. Berbalut kantung tidur dan dengan cepat kami pun terlelap dalam tidur.

Perencanaan yang telah ditetapkan di hari sebelumnya membagi tim menjadi 2 untuk menempuh jalur di kiri dan kanan punggungan. Meski punggungan  terbagi menjadi 2 karena lembahan yang luas pada akhirnya punggungan akan kembali menjadi satu pada sebuah titik tertinggi dan titik tersebut yang menjadi tujuan kami. Bersama 2 orang lainya, Samuel dan Tiwi, kami mendapat bagian merintis jalur kanan sedangkan Kevin, Agus dan Roby akan merintis jalur kiri.  Selepas sarapan, mempacking ulang semua perbekalan serta mempersiapkan skema komunikasi agar tim terus terkoneksi perjalanan kembali dilanjutkan. Pada sebuah titik tim terpecah menjadi 2. Tim yang akan merintis jalur kiri terus menelusuri lembahan besar dan tim yang merintis jalur kanan kembali menaiki lembahan curam yang di hari sebelumnya dilewati.

Jalur rintisan 

Bersama Samuel dan Tiwi, kami kembali merintis jalur punggungan setelah bersusah payah menaiki lembahan curam. Inilah sebuah absurditas sebuah kegiatan yang sesunguhnya sangat melelahkan dan jauh dari kata nyaman. Entah kenapa selalu ingin mengulangnya kembali. Meminjam kalimat pendaki kawakan asal Polandia, “pendakian merupakan sebuah seni merasakan penderitaan”. Keringat kembali bercucuran dan nafas yang terengah – engah karena menanjaknya medan yang kami lewati. Tangan dan mata selalu awas untuk terus mencari pegangan agar tidak terperosok. Inilah tantangan hutan hujan, tanah terasa sangat labil seperti lumpur ketika dipijak. Sebuah momok bagi orang yang terakhir karena akan semakin sulit menjejakkan kaki di tanah yang sangat lunak dan seringkali terpeleset ketika berjalan tidak memegang pohon atau akar. Sebuah tantangan yang menguras emosi dan energi yang harus dinikmati.

Beberapa kali melihat peta dan melihat bentukan medan di sekitar merupakan sebuah rutinitas yang dilakukan. Semak yang menghadang di medan yang menanjak merupakan hal yang biasa. Sebuah hal yang dari awal telah kami sadari ketika akan memulai kegiatan ini. Di sebuah titik di dalam hutan, di depan kami terlihat tanah yang berbentuk tebing yang memiliki ketinggian ± 10m. Terlihat tanah tersebut merupakan hasil longsoran. Kembali melihat peta dan medan sekitarnya, kami putuskan untuk menaiki tebing tanah tersebut karena hanya ini jalan yang ada dan kami harus lewati.  Tiwi mencoba menaiki pohon untuk dapat melewati tebing tanah tersebut namun keberuntungan belum berpihak kepadanya. Setelah berdiskusi dan diputuskan, aku akan memanjat pohon yang menempel di tebing tanah tersebut dan akan menarik ransel satu per satu dari atas.  Tidak butuh lama, aku telah berada di atas dan menarik ransel. Disamping itu, Tiwi dengan perlahan menaiki pohon tersebut. Syukurlah, anak perempuan ini sangat mencintai olahraga panjat tebing sehingga dengan mudah Tiwi telah sampai di atas.

Samuel berusaha dengan keras menaiki pohon dengan bantuan webbing

Sebuah momen yang menegangkan terjadi ketika Samuel sebagai orang terakhir mendapat giliran untuk memanjat. Terlihat dengan susah payah dia memanjat pohon tersebut. Naik beberapa meter kemudian jatuh, naik kembali dan jatuh kembali. Peluh keringat membasahi wajah dan tubuhnya dengan begitu banyak. Tidak ada bantuan yang dapat dilakukan karena pohon yang hanya bisa dilewati oleh satu orang. Samuel terus berusaha dengan kerasnya, beberapa kali dia berteriak karena kedua tangannya tidak dapat membantu untuk menambah ketinggian. Teriakan semangat kami lontarkan dan seutas tali pita aku lempar ke arah Samuel sebagai alat bantu untuk terus naik. Aku ulurkan tangan untuk membantunya. Untuk berjaga – jaga aku simpulkan tali pita di tubuh dan kutambatkan di batang pohon. Sebuah tantangan bertualang yang sangat menegangkan dan menyenangkan. Setelah beberapa kali mencoba dan terus mencoba akhirnya setelah perjuangan keras yang dilakukannya, Samuel dapat berada di puncak tebing tanah. Aku raih tangannya dan berteriak girang karena kami berhasil melewati tebing tanah yang curam tersebut.

Skema komunikasi yang telah ditetapkan mewajibkan kami untuk memberi info posisi terbaru di waktu tertentu. Tidak ada jaringan komunikasi seluler di tengah hutan rimba ini praktis kami menggunakan HT sebagai media komunikasi. Melewati tengah hari kami mendapat info, tim yang merintis jalur kiri telah sampai di tujuan. Tujuan kami sebuah dataran yang cukup landai di tengah hutan. Sebuah titik yang ditandai dengan angka ketinggian di peta bukan sebuah pilar yang umum dijadikan patok sebuah ketinggian. Karena info tersebut, bersama Tiwi dan Samuel langkah kaki lebih dipercepat. Secara umum hutan hujan yang kami lalui terawat dengan baik. Beberapa kali pula aku berhasil mengabadikan tumbuhan dan flora unik seperti anggrek, dan bermacam jenis jamur yang ditemui di jalur yang dilewati.

 

Kotoran hewan dan jamur unik yang ditemukan 

Menjelang titik tujuan, kami melihat adanya pembukaan lahan di tengan hutan. Terlihat pohon – pohon besar telah jatuh ke tanah dan balok – balok kayu hasil dari pohon yang telah jatuh nampak berserakan. Terlihat pula seorang pria yang sedang bekerja membersihkan areal tersebut dan dengan ramah tersenyum dan menyapa kami. Hanya dia seorang sendiri dan sebuah gubuk terdapat disana. Kabut dengan perlahan jatuh dan suhu mulai turun dan dingin.

Pembukaan lahan di tengah hutan 

Tanjakan menjadi medan pendakian yang terus bersambung tiada putusnya. Terlihat pohon – pohon besar ditutupi lumut pertanda hutan ini sangat lembab. Kabut terus turun dengan seenaknya menambah kesan magis hutan yang kami lewati. Setelah melewati tanjakan dan kami sampai pada sebuah medan yang lebih landai pertanda kami telah berada di titik tertinggi. Tidak butuh lama dengan sahutan kami mendapat sahutan balasan dari tim perintis jalur kiri. Kami akhirnya bertemu kembali di sebuah titik landai yang tertutup pepohonan yang cukup rapat. Terlihat mereka sedang merebus ubi dan dengan cepat pula ubi yang telah masak berpindah tangan kepada kami yang baru datang.

Tim berkumpul kembali di titik tujuan

Setelah berisitirahat sejenak, perjalanan kami lanjutkan kembali untuk turun menuju peradaban. Tidak lama berjalan, hujan dengan derasnya turun membasahi bumi. Dengan sigap kami menutup diri dengan raincoat agar tubuh tidak basah.  Sebuah mimpi buruk ketika tubuh basah ditambah suhu yang dingin. Hipotermia (penurunan suhu tubuh yang drastis) merupakan momok menakutkan yang dapat merenggut jiwa jika tidak dicegah dan ditangani dengan baik. Setelah menempuh jalanan yang basah dan beberapa kali terpeleset akhirnya kami keluar dari batas hutan dan melihat jalan lintas dan warung makan di depan mata. Perjalanan yang dilakukan selesai dilakukan sesuai dengan rencana.  Setelah keluar dari hutan satu per satu dari kami mulai sibuk melihat ke seluruh bagian tubuh untuk mencari pacat (haemadipsa) yang menempel di tubuh.  Maklum saja, hutan yang kami lewati merupakan wilayah lembab dimana tempat tersebut merupakan habitat yang tepat bagi hewan penghisap darah seperti pacat.

Warung di seberang jalan menjadi tujuan utama  untuk mengisi perut dan membersihkan tubuh. Perjalanan berhasil dilakukan dan waktunya untuk memanjakan perut yang keroncongan sebelum kami kembali.  Di luar sana kabut masih tampak turun dari lebatnya pepohonan di atas sana seperti enggan untuk berhenti. “Kak, pesan nasi goreng pedas dan teh susu panas 1 ya” aku teriak kepada penjual untuk mengisi perut yang telah teriak minta diisi.