Recent Posts

Popular Posts

Minggu, 26 Februari 2017

Sebuah Kisah Perjalanan di Tanah Jawa Part II

      Dari gundukan batu yang tersusun dengan apik, layaknya sebuah “singgasana” untuk melihat keindahan alam yang tersaji di bawah. Saat itu, alam sangat bersahabat. Sehingga sejauh mata memandang, bentukan alam yang tersaji dapat terlihat dengan jelas.  Saat sedang duduk sejenak sambil melihat keindahan yang ada di depan mata tiba – tiba, terlintas sekejap di dalam kepala, pernyataan dari Alfred Russel Wallace seorang penjelajah dan naturalis yang berasal dari Inggris yang menyebut Pulau Jawa merupakan pulau tropis terindah di dunia. Dan sekejap pula, saya mengamininya dalam hati. “Engkau benar eyang Alfred, pulau ini memang sangat indah” suara saya dalam hati. Angin tiada hentinya berhembus, membelai rambut panjang saya. Dan tubuh tiada henti bergetar karena suhu dingin yang mencoba memaksa masuk ke dalam tubuh yang telah dibaluti oleh jaket orange tebal yang saya pakai kala itu.


     Setelah dirasa cukup beristirahat sejenak, saya dan kerabat kembali melanjutkan perjalanan. Dominasi semak dan pohon – pohon kecil masih mendominasi, dan “karpet tanah” masih merupakan jalan yang kami lewati. Dan pada akhirnya, sampailah kami ke sebuah wilayah yang benar – benar berbeda dengan wilayah yang sebelumnya telah kami lewati. Batu apung berwarna putih, mungkin hasil letusan lava yang membeku ribuan atau jutaan tahun yang lalu berserakan sampai sejauh mata memandang. Tidak hanya itu, pemandangan yang kontras dapat terlihat, pohon – pohon yang mati meranggas. Kemungkinan “diserang” oleh semburan gas beracun yang dihembuskan oleh Kawah Sindoro. Pantas saja, dari basecamp pendakian, para pendaki telah diwanti – wanti untuk tidak mencapai puncak sebelum jam 6 dan sesudah jam 12. Diyakini, saat itu gas beracun dengan “ seenaknya” beterbangan bersama udara yang siap menerjang dan merenggut kehidupan dari setiap makhluk hidup yang berniat mendekatinya.
          




Tidak ada komentar:

Posting Komentar