“
Menempuh Rimba Sibolangit Menggapai Puncak Sang Raja “
Gunung Sibayak yang berada di Kabupaten Karo , saat ini
merupakan salah satu destinasi wisata pendakian gungng ( hiking) bagi masyarakat
Sumatera Utara. Karena akses yang mudah untuk mencapai gunung ini, maka banyak
pengunjung yang datang walau hanya sekedar untuk berfoto – foto dan ada juga
yang sampai berkemah selama beberapa hari di gunung yang merupakan kebanggaan
masyarakat Karo dan disebut dengan “ Gunung Raja “.
Ada beberapa jalur pendakian untuk mendaki gunung yang
memiliki ketinggian 2212 mdpl ini ( wikipedia.org ). Jalur umum yang paling
sering digunakan yaitu “jalur pariwisata”. Jalur yang dimulai dari Berastagi ini
sangat mudah di akses, dikarenakan dari Berastagi para pendaki bisa menggunakan
angkutan umum yang biasanya sudah menunggu para pendaki untuk dibawa sampai ke
pos pendaftaran pendakian. Selain jalur pariwisata ada juga jalur pendakian
yang dimulai dari km 54 . Jalur pendakian ini umumnya disebut dengan “jalur 54
“. Jalur 54 ditandai dengan daerah
Penatapan, Penatapan dikenal sebagai daerah wisata untuk menikmati keindahan
alam Tanah Karo dan udara sejuk khas daerah dataran tinggi. Jalur 54 merupakan
jalur pendakian yang cukup ekstrem, dikarenakan jalur pendakian yang melewati
hutan dengan medan pendakian yang menantang dan pastinya sangat menguras fisik
para pendaki. Disarankan untuk memakai guide pendakian atau bersama dengan pendaki yang
sebelumnya telah melewati jalur tersebut. Untuk para pencinta kegiatan alam
bebas, jalur ini merupakan jalur yang cocok untuk memacu adrenalin dan fisik.
Jalur pendakian selanjutnya dimulai dari Pemandian Air Panas Sidebuk – Debuk.
Jalur pendakian ini masih jarang di lalui dikarenakan jauhnya start pendakian.
Dibutuhkan trasnportasi khusus agar dapat mengantar sampai ke titik start
pendakian. Jalur pendakian ini juga masih jarang digunakan oleh para pendaki,
dikarenakan akses yang lumayan jauh dari jalan utama Medan – Berastagi. Selain
jalur – jalur pendakian tersebut, ada lagi jalur yang juga masih sangat jarang
dilalui oleh pendaki yaitu jalur pendakian yang dimulai dari PTPN VII
Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Jalur pendakian ini merupakan jalur
pendakian yang mewajibkan pendaki menguasai navigasi darat,kemampuan fisik yang
prima dan manajemen perjalanan pendakian
yang baik. Hal ini bukan tanpa sebab wajib diketahui oleh para pendaki yang
melewati jalur ini, karena jalur pendakian yang membutuhkan waktu berhari –
hari, jalur pendakian yang masih sangat jarang dilalui oleh pendaki lain, dan
medan yang sangat menantang sesuai interprestasi dari peta topografi.
Kesempatan untuk mencoba jalur pendakian ini saya
dapatkan bersama tim dari KOMPAS USU ( Korps Mahasiswa Pencinta Alam dan Studi
Lingkungan Hidup Universitas Sumatera Utara ) pada bulan Maret tempo lalu. Kegiatan kepetualangan alam bebas ini tidak
hanya melakukan pendakian menembus hutan Sibolangit untuk mencapai Gunung
Sibayak, sebagai insan akademis yang bernaung di lembaga pendidikan tinggi, teman
- teman dari KOMPAS USU juga melakukan
penelitian singkat flora dan fauna di sepanjang jalur pendakian.
Dari PTPN VII Sibolangit,
tim membuka peta topografi dan melihat
koordinat dari GPS ( Global
Positioning System ) untuk menentukan kembali jalur start pendakian. Setelah
titik start dianggap tepat dengan
perencanaan perjalanan yang tim telah tetapkan sebelum keberangkatan, tim pun berjalan beriringan mulai memasuki
jalur pendakian. Medan di awal pendakian ditandai dengan semak belukar yang
mungkin sebelumnya dijadikan sebagai ladang perkebunan. Beberapa saat melintasi semak belukar dan diselingi
hawa yang cukup panas, akhirnya tim
mulai memasuki medan pendakian hutan yang banyak ditumbuhi oleh pepohonan. Sesekali navigator melihat kompas orientering dan GPS untuk memastikan bahwa jalur pendakian tetap
berada di jalur yang telah ditentukan di peta topografi.
Tim pembuka jalur pendakian tidak mau kalah, dengan
parang penebas di tangan dan dengan arahan navigator dengan sigap menebas
halang rintang yang ada di depan mata. Peran penebas atau pembuka jalur
merupakan instrumen penting dalam tim pendakian yang melakukan perjalanan di
jalur pendakian yang masih jarang dilalui. Perjalanan dengan medan bervariasi dari
punggungan dan lembah membuat perjalanan ini menjadi lebih menarik. Sesekali
tim melirik ke kanan dan ke kiri, untuk melihat kemungkinan fauna atau flora
yang dapat ditemui di sepanjang jalur pendakian.
Pukul 17.00 wib, tim mulai membuat campsite I. Ada hal yang cukup unik saat tim berkemah, beberapa
anggota tim termasuk saya tergigit semut hutan yang memiliki ukuran yang tidak
biasa, dan bisa dibilang semut raksasa .
Gigitan serangga tersebut sangat menyakitkan dan membuat rasa sakit yang
bertahan cukup lama. Namun kendala tersebut dapat teratasi karena peralatan
medis yang dibawa tim cukup lengkap. Malam itu kami tidur ditemani oleh suara –
suara hewan malam yang menimbulkan harmoni alam yang mengalun dengan begitu
indah dan dilengkapi dengan cuaca yang cerah.
Perjalanan dilanjutkan kembali, penentuan koordinat
dilakukan kembali. Tidak lupa melihat bentang alam sekitar untuk memastikan
dengan yang ada di peta topografi. Dari kejauhan kami mendengar suara monyet
yang bersahut – sahutan seperti melakukan koor ditengah hutan yang sepi.
Sungguh pengalaman yang sangat jarang di dapatkan, mendengar nyayian
“penghuni” hutan ini. Medan di
perjalanan di hari ke II berbeda dengan medan di hari sebelumnya, jalur
pendakian makin menanjak dan di domininasi tumbuhan rotan. Medan yang cukup
berat membuat tim untuk bersitirahat sejenak, sembari mencari sumber air.
Perjalanan di hari kedua mengalami sedikit kendala,
karena navigator ( anggotan tim yang
diberi tugas untuk menentukan jalur pendakian yang akan dipilih) melakukan
kesalahan. Karena tanpa sadar mengambil jalur pendakian yang berbeda dengan
arah yang ditunjuk oleh sudut kompas. Tim pun berhenti untuk melakukan
orientasi dan berdiskusi untuk mengambil jalur pendakian mana yang akan
dipilih. Setelah melakukan orientasi dan menentukan posisi di peta, tim memutuskan untuk berpindah
punggungan mengikuti arah sudut kompas. Medan yang sangat menanjak, dan beban
di punggung yang belum banyak berkurang membuat tim rutin untuk beristirahat.
Namum karena ada target per hari yang harus dicapai, maka istirahat yang
dilakukan pun tidak lebih dari 5 menit.
Perencanaan tim, sebelum pukul 5 sore tim harus sampai ke target yang dituju
yaitu titik dimana tim akan mendirikan tenda dan elemen pendukung perkemahan
lainnya. Namun sampai pukul 4 sore lebih tim juga belum sampai ke target yang
dituju, jalur pendakian yang semakin terjal .Jalur pendakian merupakan
punggungan yang tipis yang di kiri dan kanannya terdapat lembahan yang sangat
curam, ditambah guyuran hujan dan kabut yang turun dengan pekatnya makin
menambah sulitnya jalur pendakian di hari ke II. Mental dan fisik semua anggota
tim benar – benar ditempa di saat itu. Alam memang merupakan guru terbaik untuk
menempa sifat – sifat manusia. Tabah, pantang menyerah, keberanian menghadapi
tantangan, merupakan contoh nilai – nilai yang bisa di dapat dari setiap
manusia – manusia yang berpetualang di alam bebas.
Karena hari semakin gelap, tim memutuskan untuk membuat campsite di punggungan sempit yang hanya
memberi sedikit tempat datar. Walaupun
medan yang sangat sempit, namun keputusan untuk membuat kemah saat itu merupakan
keputusan yang tepat. Melanjutkan perjalanan di malam hari, di hutan yang masih
sangat jarang dilalui oleh manusia merupakan hal yang sangat konyol dan sangat
berisiko besar. Hujan deras berganti dengan rintik – rintik hujan, suhu malam itu makin menurun dengan sangat
drastis. “Semua harus tetap bergerak, agar tidak terserang hipotermia” (penurunan suhu tubuh dengan drastis) kalimat yang dilontarkan oleh Fauzan salah
satu anggota tim. Ketua tim pendakian menginstruksikan anggotan tim lainnya
untuk segera mengganti pakaian basah dengan pakaian yang kering. Beberapa
anggota tim lain memasak air, dan memasak makan malam. Setelah selesai makan
malam, tim melakukan evaluasi harian dan briefing untuk pergerakan esok hari.
Di luar tenda dome yang kami gunakan, hujan rintik dan kabut yang masih tebal
masih enggan untuk meninggalkan kami. Suhu di luar sangat dingin, namun semua
dapat teratasi karena semua anggota tim sudah memakai pakaian yang kering, dan
minum teh dan susu hangat. Pukul 22.00
WIB hujan mulai berhenti dan kabut mulai
berkurang sehingga jarak pandang semakin luas. Saat keluar dari tenda, dan
berjalan sedikit ke depan. Terlihat pemandangan yang sangat menajubkan. Dari
kejauhan, terlihat kerlap - kerlip cahaya lampu Kota Berastagi. Semua terlihat
kecil, dan saat itu saya dan anggota tim mengagumi semua pemandangan yang tersaji di
depan mata. Saya merasa sangat kecil di alam semesta yang sangat maha luas ini,
puji syukur kepada Tuhan tidak henti saya panjatkan atas momen yang saya
dapatkan saat itu. Namun momen indah tersebut tidak berlangsung lama, ± 10
menit saya menikmati keindahan tersebut , kabut dan rintik hujan turun kembali.
Sehingga saya dan teman - teman kembali ke dalam tenda untuk beristirahat.
“Perjalanan esok bakal lebih menantang” guman saya dalam hati.
Titik campsite yang
berada di punggungan tipis sehingga angin kencang dan kabut tebal membuat
pergerakan tim menjadi sedikit lebih lambat dari sebelumnya. Namun karena
target perjalanan yang telah ditentukan semua kendala tersebut harus
dikesampingkan. Pergerakan yang cepat dan aman merupakan hal mutlak yang harus
dilakukan tim. Setelah sarapan dan packing
semua peralatan, tim bergerak kembali untuk melanjutkan perjalanan. Medan yang
dilalui tim merupakan jalur pendakian yang sempit dan tertutup rapat oleh
tanaman perdu – perduan. Karena jalur
pendakian yang tertutup rapat, tim pembuka jalur/ penebas melakukan survei
jalur untuk mencari jalur pendakian yang bakal dilewati. Tim kembali melakukan
orientasi medan dan berdiskusi untuk menentukan jalur pendakian. Pemandangan di
jalur pendakian ini sangat indah, pemandangan dataran tinggi Tanah Karo
terlihat dengan jelas. Cuaca cukup cerah saat itu, dan angin yang berhembus
memberikan kesegaran bagi kami yang telah bermandikan keringat.
Lewat tengah hari dan setelah selesai makan siang, hal
yang kami dambakan terlihat di depan mata. Ya, “Puncak Sang Raja” sudah
terlihat. Semua anggota tim terlihat bergembira dan bersemangat karena target
dari perjalanan ini akan tercapai. Walaupun jarak menuju puncak masih jauh,
namun karena melihat puncak tersebut seperti memberikan tambahan tenaga dan
meningkatkan kepercayaan diri. Karena jalur pendakian ini berarti tepat ke
target yang telah ditentukan tim.
Sekitar pukul 3 sore, tim menemukan tempat yang luas dan
cukup strategis untuk membuat campsite.
Setelah berdiskusi sebentar, tim memutuskan untuk melanjutkan perjalanan sampai
pukul 4 sore. Tim melanjutkan perjalanan, tepat pukul 4 sore tim sampai ke
titik camp. Titik camp kali ini lumayan tertutup oleh tumbuhan, setelah
menurunkan carrier ( ransel besar
khusus untuk pendakian gunung) dari punggung semua anggota tim langsung
bergerak cepat untuk mengerjakan segala hal. Ada yang membersihkan tempat camp,
mendirikan tenda dan memasak makan
malam. Setelah makan malam, tim kembali
melakukan evaluasi harian dan briefing untuk pergerakan esok hari. Kemudian beristirahat
malam, beruntung kabut dan hujan tidak turun pada malam itu.
Esok pagi pukul setengah 5 subuh, hujan turun dengan
sangat derasnya. Pergerakan tim menjadi lambat. Sesuai hasil briefing semalam,
pagi ini seharusnya tim harus bergerak untuk melanjutkan perjalanan pada pukul
08.00 WIB. Namun karena hujan yang deras tim mengalami keterlambatan setengah
jam. Dingin dan kabut di saat itu tidak menghalangi tim untuk bergerak
melanjutkan perjalanan. Karena tim mempunyai target waktu untuk menyelesaikan
pendakian. Perjalanan menembus hutan kembali dilakukan. Medan kali ini lebih
menantang, beberapa pohon yang tumbang memaksa kami untuk sedikit membungkukkan
badan. Hingga hal yang tidak di inginkan terjadi, kami kehilangan orientasi.
Karena rapatnya vegetasi, sehingga membuat tim berhenti sejenak untuk memilih
jalur mana yang akan dipilih. Tim memutuskan untuk menyusuri punggungan dan terus menambah ketinggian dan mencari
medan yang terbuka agar memudahkan proses membaca medan. Akhirnya perjuangan
tim tidak sia – sia, jalur 54 yang biasa digunakan oleh para pendaki yang
biasanya dimulai dari Penatapan ditemukan oleh tim. Pertanda jalur yang
dilewati tim sesuai untuk menuju Puncak Sang Raja. Rasa senang menghinggapi tim
saat itu, berarti sebentar lagi tim akan menuju titik akhir yang ingin dicapai.
Medan jalur pendakian 54 yang cukup curam terus dijalani
oleh tim, karena asa untuk mencapai puncak, terpatri di setiap anggota tim. “
Ayo semangat kawan sebentar lagi kita muncak “ terdengar ucapan penyemangat dari salah satu anggota tim.
Jalur pendakian yang sebelumnya tertutup oleh tumbuhan pandan hutan yang besar
dan berduri akhirnya berubah dengan tumbuhan perdu – perduan. Akhirnya tim keluar
dari medan tertutup dan menemukan medan terbuka. Pemandangan mata terganti
dengan pemandangan hamparan hutan yang sangat luas di bawah, jauh mata
memandang hanya keindahan yang tidak dapat terucapkan oleh kata. Kekaguman atas
ciptaan Tuhan segera bergema dari beberapa mulut anggota tim. Pemandangan saat
itu memang sangat indah, sesekali kabut turun menutupi keindahan pemandangan
tersebut. Desiran angin sejuk segera mengalun dan memberikan kesejukan kepada
tubuh yang telah penuh dengan peluh. Oh, sungguh momen yang sangat indah dan
menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar