Recent Posts

Popular Posts

Minggu, 15 Januari 2017

Sebuah kisah perjalanan di Tanah Jawa part I


MENGGAPAI PUNCAK SINDORO
            Pendakian sesungguhnya dimulai, saat sinar mentari mulai memberikan cahaya untuk menyinari seisi bumi. Berbekal air minum, beberapa buah coklat dan sebuah kotak P3K. Saya dan seorang kerabat bersiap untuk bergerak menuju puncak. Tanpa mencuci muka dan menggosok gigi, seperti kebiasaan saya saat berada di kota ketika akan melakukan aktivitas di pagi hari. Udara dingin khas dataran tinggi tiada segan membelai tubuh. Jaket orange dan syal segera melekat erat tubuh ini untuk melawan dingin yang menusuk layaknya jarum yang dihujani ke tubuh. Beberapa pendaki lain juga mulai keluar dari peraduannya dan memulai sebuah kehidupan kembali. 
Mentari yang bangkit dari tidurnya
 
          Setelah “memanaskan” otot – otot tubuh, kami pun berdoa kepada Sang Khalik agar diberikan kemudahan dan kelancaran dalam summit attack. Kaki pun melangkah dengan perlahan, setapak demi setapak jalur pendakian menuju puncak kami tempuh. Dalam target “penyerangan menuju puncak”, kami tidak ingin terburu – buru. Selain ingin melihat pemandangan indah yang tersedia di sekitaran jalur pendakian, kami ingin pula membiasakan tubuh ini untuk terbiasa dengan wilayah ketinggian.
            Beberapa kali kami berpapasan dengan pendaki lain yang memiliki misi yang sama. Ucapan saling memberikan semangat terasa memberi arti, saat napas mulai terengah – engah menaiki jalur pendakian yang semakin lama semakin menanjak.  Jalur pendakian masih terdiri dari tanah yang dikelilingi oleh semak dan pohon. Angin yang mengalir deras menemani kami dalam perjalanan itu. Jika berhenti sejenak saja, sudah pasti rasa dingin dengan segara menjalari seluruh tubuh.  
            Di beberapa titik jalur pendakian terdapat batuan andesit yang berserakan, mungkin hasil lahar Gunung Sindoro yang membeku ribuan atau jutaan tahun yang lalu. Sebuah pemandangan yang unik dapat ditemui di Pos IV, beberapa buah batu andesit dibentuk dengan apik seperti sebuah gundakan batu yang dijadikan tempat untuk sekedar duduk dan sebuah tempat untuk mengabadikan momen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar