Recent Posts

Popular Posts

Selasa, 18 Oktober 2016

Pemanjatan Tebing Batu di Tanah Simalungun


MERAYAPI KEMOLEKAN SIMARSOLPA
            Dari kejauhan terlihat  sebuah tebing batu yang berwarna kelam yang menjulang tinggi dan berdiri dengan kokohnya. Membuat siapa yang melihatnya takjub dengan kemegahan dan keunikannya. Timbul pertanyaan – pertanyaan dari saya, darimana tebing batu sebesar dan setinggi ini berdiri diantara perkebunan kelapa sawit yang mengapitnya. Sungguh fenomena alam yang sangat menajubkan, dan tentu saja seperti oase di tengah padang pasir. Melihat tebing batu andesit yang begitu eksotis di hamparan perkebunan sawit yang seragam. Konon, dari cerita rakyat tebing ini terbentuk karena hasil kunyahan sirih yang dilontarkan dari mulut oleh seorang yang sakti. Dalam bahasa Simalungun, mengunyah sirih disebut dengan “ Solpa”. 
            Inilah salah satu bentuk keindahan dan keeksotisan Indonesia, tebing batu Simarsolpa yang terletak di bumi Simalungun. Tebing batu andesit yang tingginya ratusan meter ini terletak di Nagori Durian Banggal, Raya Kahean, Simalungun, Sumatera Utara. Untuk mencapai Nagori Durian Banggal dapat ditempuh ±4 jam dari Kota Medan. Perjalanan dapat menggunakan angkutan umum maupun angkutan pribadi. Untuk menggunakan angkutan umum dapat menggunakan bus dari Medan menuju Tebing Tinggi, ada baiknya untuk menyewa minibus yang ada di Terminal Tebing Tinggi agar bisa sampai ke rumah Pak Wir yang menjadi “juru kunci” tebing batu tersebut.  Selain bisa sampai di rumah Pak Wir yang biasanya dijadikan basecamp, angkutan umum hanya lewat sehari sekali karena tempatnya yang terpencil jauh dari pemukiman masyarakat.
            Perjalanan kali ini dalam rangka proses pendidikan dan latihan kepetualangan alam bebas pemanjatan tebing batu yang diikuti oleh calon anggota KOMPAS USU ( Koprs Mahasiswa Pencinta Alam dan Studi Lingkungan Hidup Universitas Sumatera Utara). Kegiatan ini masuk dalam materi kepetualangan alam bebas khususnya panjat tebing. Kegiatan ini diikuti 10 orang calon anggota dan 6 orang anggota KOMPAS USU. Sesuai perencanaan, kegiatan ini menghabiskan waktu 4 hari operasional dimulai dari keberangkatan sampai berakhirnya kegiatan dan kembali lagi ke sekretariat.
Kegiatan dimulai dari sampainya tim di rumah Pak Wir yang merupakan juru kunci tebing batu Simarsolpa. Beliau sudah puluhan tahun tinggal di wilayah sekitar tebing. Dari rumah beliau untuk mencapai dasar tebing dibutuhkan waktu 15 menit berjalan kaki dengan melewati hamparan perkebunan sawit. Beliau dan keluarganya satu – satunya kepala keluarga yang menempati  wilayah dekat tebing Simarsolpa. Rumah sederhana dan bersajaha dengan kandang kambing di samping rumah dan beberapa batang pohon coklat yang menghiasi halaman rumahnya. Beliau sangat senang jika ada tamu yang akan memanjat tebing batu Simarsolpa, apalagi jika yang datang sekelompok mahasiswa. Beliau banyak bercerita tentang kelompok – kelompok mahasiswa yang melakukan pemanjatan dan setiap bercerita kepada beliau selalu diselipkan dengan nasihat - nasihat kehidupan untuk menjalani kehidupan dengan bijak.  
Keluarga Pak Wir dengan latar belakang Tebing Simarsolpa
            Pada hari ke II, tim bersiap – siap untuk melakukan pemanjatan. Setelah peralatan pemanjatan dipersiapkan, kami pun berjalan dengan perlahan menembus perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh masyarkat.  ± 15 menit berjalan kaki, mengantarkan kami ke batas sisa ekosistem hutan hujan tropis. Dapat dipastikan karena sisa ekosistem ini, dahulu tempat ini merupakan hutan yang sangat lebat. Namun dengan berjalannya waktu, hutan tersebut diganti oleh masyarakat dengan perkebunan kelapa sawit yang dapat memberi keuntungan ekonomis secara langsung dan cepat bagi masyarakat. Hampir di berbagai sisi, lahan di sekitaran tebing telah dijadikan masyarakat menjadi ladang perkebunan. Selain kelapa sawit, coklat atau kakao menjadi tanaman perkebunan yang lain.
            Samar – samar dibalik pepohonan khas hutan tropis yang masih tersisa, batu besar yang akan kami “jamah” mulai terlihat. Dengan semangat kami segera mendakatinya, dan terlihatlah dengan jelas di depan mata, batu andesit yang ukurannya sangat besar dan tingginya membuat siapa saja yang melihatnya menjadi kecut.  Seperti raksasa yang dengan pongahnya ingin mencapai batas langit.
            Pemanjatan di hari I pun dimulai, segala peralatan pemanjatan dipersiapkan. Tali kernmantle dinamis dan statis, carabiner, pengaman sisip seperti friend, chock stopper dan hexentrix menjadi pengaman dalam menambah ketinggian dalam pemanjatan tebing batu. Tebing batu Simarsolpa memiliki karakteristik memiliki banyak rekahan  atau biasa disebut crack sehingga memudahkan dalam melakukan pemanjatan di tebing ini. Selain memiliki rekahan dari dasar tebing,  di 20 meter dalam jalur pemanjatan sudah terdapat hanger untuk membuat pengaman. Dahulu, sebelum ada hanger para pemanjat menggunakan pengaman sisip seperti friend.

 Calon anggota mencoba jalur pemanjatan di hari I, terlihat rekahan yang menjulur sampai ke atas.
            Pemanjatan dibuat dalam 2 jalur, untuk memaksimalkan waktu yang ada. Jalur I ( jalur kiri) digunakan sistem pemanjatan sport ( pemanjatan yang menggunakan pengaman tetap yang sudah tertanam di tebing, biasanya pengaman yang digunakan hanger)             . Sedangkan di jalur II ( jalur kanan) digunakan sistem traditional climbing ( sistem pemanjatan yang menggunakan banyak alat, dan pada umumnya digunakan pada tebing – tebing besar yang memerlukan pemanjatan berhari – hari).
           Namun keberuntungan tidak memihak kami di saat itu, tidak lama memanjat, langit menumpahkan air dengan derasnya. Sontak semua bersiap – siap mengemas segala peralatan untuk bergegas kembali ke basecamp. Tebing batu ini seperti air terjun jika hujan mengguyur, suatu pemandangan yang menarik. Hujan berlangsung sampai sore, beberapa anggota tim terlihat ke sungai untuk sekedar membersihkan badan. Saya pun tidak mau ketinggalan untuk ikut dalam “ritual bersih – bersih” ini.
            Di hari ke II, tim bersiap – siap untuk melakukan pemanjatan kembali. Segala peralatan pemanjatan dan logistik konsumsi untuk makan siang diangkut kembali menembus perkebunan kelapa sawit. Sama seperti di hari sebelumnya, pemanjatan masih dilakukan di 2 jalur yang berbeda dan 2 sistem pemanjatan yang berbeda.  Setelah semua calon anggota merasakan dan menikmati pemanjatan di dinding batu, menjelang sore mereka kembali lagi ke basecamp. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya kesempatan untuk merayapi kemolekan Simarsola dapat juga saya rasakan. Dengan harness yang melilit di pinggang dan beberapa alat pengaman, saya mulai memanjat dengan perlahan. Kenikmatan menambah ketinggian sangat saya nikmati. Tangan yang mencari pegangan , kaki yang terus menambah ketinggian dan mencari titik keseimbangan dan alat pengaman untuk menambah ketinggian saya gunakan di celah – celah bebatuan yang terus mengarah ke atas.
 Mencoba jalur pemajatan Tebing Simarsolpa
                                                                                                          3 jam lebih , saya dan Yudi salah seorang anggota KOMPAS USU berhasil menyelesaikan pemanjatan sampai ke pitch 1. Tinggi dari dasar tebing hingga mencapai pitch 1 ± 40 meter. Pitch dalam pemanjatan tebing ialah stasiun pemberhentian untuk mencapai pitch berikutnya. Setelah saya memasang pengaman di hanger yang telah tertanam di tebing membuat tambatan / pengaman  dan membuat fixed rope , Yudi mulai naik meniti tali kernmantel semi statis yang berwarna putih dengan menggunakan alat mekanis yang biasa disebut ascender. Perlahan dia naik dengan alat tersebut tanpa perlu repot – repot menjamah tebing batu untuk menambah ketinggian. Namun sebelum Yudi mencapai ke pitch¸ langit mendadak gelap dan secara cepat menumpahkan air. Hujan kembali turun dengan derasnya,  2 hari melakukan pemanjatan di Tebing Simarsolpa  hujan selalu mengguyur  “Tanah Simalungun”.  Karena hujan yang semakin lama turun dengan derasnya, dengan cepat saya membuka pengaman dan segera turun menggunakan descender (sebuah alat untuk turun yang menggunakan gaya gesek, biasanya digunakan figure of eight). Yudi pun dengan cepat pula membuka tambatan dan menyisahkan seutas tali kernmantel semi statis yang menjulur sampai ke tanah sebagai lintasan turun.  Dengan menggunakan simpul tarik, dia turun dengan cepat karena hujan yang sangat deras, rekahan tebing mulai dialiri oleh air hujan sehingga tebing menjadi seperti air terjun. Air dengan derasnya mengalir melalui rekahan – rekahan yang ada di seluruh permukaan tebing. Batu besar ini basah dengan air hujan yang terus “memandikannya”.
                                                                                                         
             3 hari merupakan waktu yang sangat singkat untuk menikmati keindahan dan mencoba “menjamah tubuh molek Simarsolpa”. Mungkin dibutuhkan waktu ±1 minggu untuk menyelesaikan pemanjatan hingga mencapai puncak. Tidak hanya teknik pemanjatan yang  berbeda jika dibandingkan dengan pemanjatan yang dilakukan di dinding panjat, peralatan pemanjatan seperti pengaman sisip, tali kernmantel dan beberapa alat – alat pemanjatan lain seperti piton (pasak yang dipasang kedalam rekahan tebing), carabiner (cincin kait sebagai tempat memasang pengaman dan dihubungkan ke tali kernmantel), figure of eight ( sebagai alat untuk turun yang menggunakan gaya gesek), dan chock stopper (logam berbentuk segi lima yang dipasang ke dalam rekahan batu dan digunakan sebagai pengaman) namun, peralatan pemanjatan tebing batu  tidaklah cukup, namun  harus disertai dengan manajemen pemanjatan yang baik karena pemanjatan yang akan dilakukan berhari – hari dan jalur pemanjatan yang masih jarang dijamah oleh para pemanjat sehingga dapat dikatakan Tebing Simarsolpa merupakan tebing batu yang masih perawan ,dan masih banyak jalur pemanjatan yang baru dapat dibuat di berbagai sisi tebing ini. "Simarsolpa" menawarkan sebuah sensasi kepetualangan yang sangat menarik dengan pemandangan Tanah Simalungun yang indah, dan pastinya sensasi adrenalin "bermain di ketinggian".

                                                                                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar