MENGUAK TABIR KEGELAPAN ABADI PERUT BUMI LANGKAT
Menajubkan ! , ketika seberkas cahaya dari alat
penerangan saya menerangi lorong- lorong gelap abadi di dalam perut bumi
kawasan karst yang terletak di Kab. Langkat . Ornamen gua yang sangat unik dan
indah terlihat dengan jelas . Ornamen gua adalah istilah
popular yang dipergunakan untuk menyebut bentukan batuan yang berasal
dari larutan dan endapan mineral kalsit yang terdapat di dalam gua . Ornamen
di dalam gua ini sangat bervariasi dan beragam bentuknya. Selain ornament gua
yang umum seperti stalaktit ( formasi kalsit yang menggantung
) , stalagmite ( formasi kalsit yang tumbuh ke atas , dibawah atap stalaktit ), column, dan flowstone ( kalsit yang terendap pada dinding lorong gua ), disini juga ditemukan sejumlah ornament yang relatif langka seperti ornament yang bentuknya menyerupai sedotan , gigi geraham sapi , kolam-kolam mungil kristal yang berkilau ( gourdam ) dan masih banyak lagi bentukan ornament yang terdapat di dalam gua tersebut.
) , stalagmite ( formasi kalsit yang tumbuh ke atas , dibawah atap stalaktit ), column, dan flowstone ( kalsit yang terendap pada dinding lorong gua ), disini juga ditemukan sejumlah ornament yang relatif langka seperti ornament yang bentuknya menyerupai sedotan , gigi geraham sapi , kolam-kolam mungil kristal yang berkilau ( gourdam ) dan masih banyak lagi bentukan ornament yang terdapat di dalam gua tersebut.
Kegelapan yang ada dalam setiap sisi gua memang menjadi daya tarik
sendiri . Di dalam gua setitik cahaya menjadi sangat penting artinya, dan
ada suatu kebanggan bagi para penelusur gua , jika cahaya dari alat penerangnya
menjadi cahaya yang pertama sekali yang menyinari kegelapan abadi gua .
Gua merupakan sesuatu yang dapat membuat manusia takjub karena banyaknya
misteri yang terdapat di dalam nya . Apabila semakin jauh masuk kedalam gua,
dimana tidak ada suara, dan kemudian alat penerangan yang dibawa dimatikan ,
keadaan gelap total yang mencekam , dan bahkan bila jari tangan di
dekatkan pada mata , tetap tak akan dapat melihatnya seakan-akan mata menjadi
buta . Gelapnya gua menyimpan sisi misterius , entah apa yang ada di
dalamnya hanya bisa diketahui , jika berani untuk menelusurinya dan membuka
tabir kegelapan di dalamnya . Menurut IUS ( International Union Of Speleology )
sebuah lembaga internasional yang membidangi ilmu tentang gua
menyatakan : gua adalah setiap ruangan bawah tanah yang dapat dimasuki
orang .
Namun bukan perkara mudah untuk dapat menikmati keindahan dan membuka tabir
misteri perut bumi di daerah karst ini . Karena deretan gua yang
ada , berada di tengah-tengah hutan . Kemampuan fisik yang prima wajib
hukum nya bagi siapa saja yang ingin sampai ke mulut gua. Dari dusun
terakhir , saya dan tim dari Kompas – USU ( Korps Mahasiswa Pencinta Alam dan
Studi Lingkungan Hidup Universitas Sumatera Utara ) , harus berjalan kaki untuk
masuk kedalam hutan .Dimulai dari hutan karet hingga hutan hujan tropis
akan dilewati di sepanjang perjalanan . Naik – turun bukit merupakan
suatu keharusan yang harus dilewati . Keringat yang mengucur dengan
derasnya , napas yang tersengal-sengal tidak menyurutkan langkah kaki
untuk terus berjalan menyusuri hutan agar bisa sampai di tujuan
. 3 jam berjalan kaki dengan membawa peralatan penelusuran gua dan
logistik yang dibutuhkan selama kegiatan , akhirnya tim sampai juga di mulut
gua . Mulut gua yang menganga dan memiliki kedalaman seperti tak berujung
makin menambah rasa penasaran tim untuk segera masuk kedalam isi perut
bumi ini .
Misi tim kali ini ialah untuk bisa masuk ke lorong gua vertikal dan
melakukan pengamatan biota fauna yang terdapat di dalam gua . Perlu
diketahui , diperlukan teknik khusus jika ingin memasuki gua vertikal , berbeda
jika memasuki gua horizontal . Single Rope Technique adalah teknik
yang paling sering digunakan untuk penelusuran gua vertikal dengan menggunakan
satu tali sebagai lintasan untuk naik dan turun . Untuk
naik dan turun pada seutas tali digunakan juga sistem untuk kenyamanan dan
keselamatan . Frog rig system merupakan sistem yang paling sering
digunakan oleh para penelusur gua. Karena sistem ini yang dianggap paling
aman dan efisien bagi para penulusur gua vertikal.
Anchor ( pengaman tetap ) telah terpasang kokoh di batu besar di depan mulut
gua , setelah memeriksa kelengkapan peralatan yang akan dipakai
untuk menuruni gua , tim pun berdoa sejenak agar kegiatan dapat
berjalan dengan lancar . Dengan kemantapan dan keyakinan hati saya
pun melakukan abseiling (teknik menuruni tali sebagai lintasan )
dengan sangat perlahan . Seutas tali karnmantel statis
dan alat mekanis untuk turun ( descender )merupakan tumpuan hidup dan
mati saya saat itu . Keyakinan pada alat , dan keyakinan pada kemampuan
sendiri merupakan harga mati yang harus dimiliki oleh para penelusur gua (
caver ) . Sesekali saya melihat kebawah untuk mencari pijakan yang
tidak terlalu licin , maklum saja semalam hujan turun dengan derasnya ,
sehingga membuat lereng gua berair dan sangat licin . Beberapa kali dengkul
saya terantuk batu karena lereng gua yang sangat licin .
Adrenalin saya kian terpacu , degupan jantung semakin keras terdengar .
Beberapa saat saya bergantung di tali, yang
disebut pabrik pembuatnya bisa menahan beban sampai 2000 kg . Hingga
akhirnya , segala ketegangan berakhir sudah . Setelah saya menjejakkan kaki ke
dasar gua , sesekali saya mengadah ke atas .” Sungguh pengalaman yang
sangat luar biasa , sangat memacu adrenalin” guman saya dalam hati .
Tidak lama kemudian , teman setim yang lain juga ikut turun , maklum
dalam penelusuran gua , 4 orang merupakan hal yang minimal . Dengan
pertimbangan , jika mengalami kecelakaan di dalam gua pada salah satu anggota tim
, satu orang dibutuhkan untuk menjaganya , sedangkan dua lainnya mempersiapkan
pertolongan ( rescue ) dan kalau tidak memungkinkan , mencari
pertolongan kepada penduduk .
Setelah briefing singkat , akhirnya diputuskan tim akan melakukan eksplorasi
gua dengan waktu yang telah ditetapkan . Terang saja , di dalam gua pagi
, siang , atau malam tidak menjadi perbedaan . Oleh karena itu para penelusur
gua yang berniat masuk ke dalam gua selalu menetapkan waktu untuk keluar dari
gua .
Udara dingin dan bau dari kotoran kelelawar merupakan “kado “ pembuka ,
dan perlahan langkah kaki makin membawa masuk ke dalam lorong horizontal gua
. Cahaya dari alat penerang , menyinari dan membuka tabir kegelapan
abadi gua . Sesekali kami melirik ke kanan dan ke kiri agar dapat menemukan
biota fauna gua . Dan benar saja , beberapa kali kami melihat hewan-
hewan yang telah beradaptasi dengan kegelapan total . Bentuknya yang agak
berbeda dibandingkan dengan hewan yang berada di daratan , ini dikarenakan
karena hewan-hewan tersebut telah berevolusi cukup lama agar dapat beradaptasi
dengan lingkungan nya . Dan saya juga sempat menemukan hewan yang siklus hidup
nya hanya ada di lingkungan gua .
Setelah mendapatkan
dokumentasi dan hasil penelitian singkat , bergegas saya dan tim menaiki
tali ( prussiking ) agar dapat kembali ke permukaan . Rasa lega
dan puas menghinggapi para personil tim , semua teknis operasional
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan .
Saat
melakukan operasi di dalam gua , saya pun tidak lupa dengan etika
berkegiatan di dalam gua . Etika gua seperti jangan mengambil
apapun kecuali foto , jangan meninggalkan sesuatu di dalam gua kecuali jejak
kaki , dan jangan membunuh apapun kecuali waktu , merupakan motto pegangan bagi
para penelusur gua yang pada intinya bagaimana menelusuri keindahan gua tanpa
merusak dan menggangunya . Karena lingkungan gua merupakan lingkungan yang
sangat rentan akan kerusakan . Oleh karena itu menjaga kelestarian
lingkungan gua dan kawasan karst merupakan suatu hal yang perlu untuk dilakukan
. Sumber daya air ,biota , formasi sedimen gua perlu dijaga
kelestariannya, ekologi di dalam dan diluar gua sangat erat hubungannya dan
berada di dalam keseimbangan dinamis . Rehabilitasi kerusakan gua dan
lingkungannya sangat mustahil untuk dilakukan . Vandalisme sangat
merusak gua , dan itu sangat ditentang dan harus dihindari . Dan terpenting
hampir semua gua sebagai sumber daya alam yang perlu dilindungi .
Perjalanan saya menyusuri lorong vertikal di kawasan karst Langkat , merupakan
langkah awal saya dan tim untuk menyusuri lorong- lorong gelap
abadi yang terbentang dari barat – timur Indonesia . Dan pastinya
semakin menumbuhkan kecintaan saya kepada nusantara .
Semoga kelestarian kawasan karst terus dijaga kelestariannya untuk generasi di
masa mendatang.