Recent Posts

Popular Posts

Rabu, 11 Februari 2015

Membuka Tabir Kegelapan Abadi Perut Bumi Langkat


MENGUAK TABIR KEGELAPAN ABADI PERUT BUMI LANGKAT
                Menajubkan ! , ketika seberkas cahaya dari alat penerangan saya menerangi lorong- lorong gelap abadi di dalam perut bumi kawasan karst yang terletak di Kab. Langkat . Ornamen gua yang sangat unik dan indah terlihat dengan jelas .   Ornamen gua adalah istilah popular  yang dipergunakan untuk menyebut bentukan batuan yang berasal dari larutan dan endapan mineral kalsit yang terdapat di dalam gua .  Ornamen di dalam gua ini sangat bervariasi dan beragam bentuknya. Selain ornament gua yang umum seperti stalaktit ( formasi kalsit yang menggantung
) , stalagmite ( formasi kalsit yang tumbuh ke atas , dibawah atap stalaktit ), column, dan flowstone ( kalsit yang terendap pada dinding lorong gua ), disini juga ditemukan sejumlah ornament yang relatif langka seperti ornament yang bentuknya menyerupai sedotan , gigi geraham sapi , kolam-kolam mungil kristal yang berkilau ( gourdam ) dan masih banyak lagi bentukan ornament yang terdapat di dalam gua tersebut.
                Kegelapan yang ada dalam setiap sisi gua memang menjadi daya tarik  sendiri .  Di dalam gua setitik cahaya menjadi sangat penting artinya, dan ada suatu kebanggan bagi para penelusur gua , jika cahaya dari alat penerangnya menjadi cahaya yang pertama sekali yang menyinari kegelapan abadi gua .  Gua merupakan sesuatu yang dapat membuat manusia takjub karena banyaknya misteri yang terdapat di dalam nya . Apabila semakin jauh masuk kedalam gua, dimana tidak ada suara, dan kemudian alat penerangan yang dibawa dimatikan , keadaan gelap total  yang mencekam , dan bahkan bila jari tangan di dekatkan pada mata , tetap tak akan dapat melihatnya seakan-akan mata menjadi buta .  Gelapnya gua menyimpan sisi misterius , entah apa yang ada di dalamnya hanya bisa diketahui , jika berani untuk menelusurinya dan membuka tabir kegelapan di dalamnya . Menurut IUS ( International Union Of Speleology ) sebuah lembaga internasional  yang membidangi ilmu tentang gua  menyatakan :  gua adalah setiap ruangan bawah tanah yang dapat dimasuki orang .   
                Namun bukan perkara mudah untuk dapat menikmati keindahan dan membuka tabir misteri perut bumi di daerah  karst ini .  Karena deretan gua yang ada , berada di tengah-tengah hutan .  Kemampuan fisik yang prima wajib hukum nya bagi siapa saja yang ingin sampai ke mulut gua.  Dari dusun terakhir , saya dan tim dari Kompas – USU ( Korps Mahasiswa Pencinta Alam dan Studi Lingkungan Hidup Universitas Sumatera Utara ) , harus berjalan kaki untuk masuk kedalam hutan  .Dimulai dari hutan karet hingga hutan hujan tropis akan dilewati di sepanjang perjalanan .  Naik – turun bukit merupakan suatu keharusan yang harus dilewati  . Keringat yang mengucur dengan derasnya  , napas yang tersengal-sengal tidak menyurutkan langkah kaki untuk terus berjalan menyusuri  hutan agar bisa sampai di  tujuan .  3 jam berjalan kaki dengan  membawa peralatan penelusuran gua dan logistik yang dibutuhkan selama kegiatan , akhirnya tim sampai juga di mulut gua . Mulut gua  yang menganga dan memiliki kedalaman seperti tak berujung makin menambah rasa penasaran  tim untuk segera masuk kedalam isi perut bumi ini .
                Misi tim kali ini ialah untuk bisa masuk ke lorong gua vertikal   dan melakukan pengamatan biota fauna yang terdapat di dalam gua .  Perlu diketahui , diperlukan teknik khusus jika ingin memasuki gua vertikal , berbeda jika memasuki gua horizontal . Single Rope Technique  adalah teknik yang paling sering digunakan untuk penelusuran gua vertikal dengan menggunakan satu tali sebagai lintasan untuk naik dan turun  .    Untuk naik dan turun pada seutas tali digunakan juga sistem untuk kenyamanan dan keselamatan . Frog rig system  merupakan sistem yang paling sering digunakan oleh para penelusur gua. Karena sistem ini yang dianggap paling aman dan efisien bagi para penulusur gua vertikal.
                Anchor ( pengaman tetap ) telah terpasang kokoh di batu besar di depan mulut gua ,   setelah memeriksa kelengkapan peralatan yang akan dipakai untuk menuruni gua  , tim pun  berdoa sejenak agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar .   Dengan kemantapan dan keyakinan hati saya pun melakukan abseiling (teknik menuruni tali sebagai lintasan ) dengan  sangat perlahan  . Seutas tali karnmantel statis  dan alat mekanis untuk turun ( descender )merupakan tumpuan hidup dan mati saya saat itu .  Keyakinan pada alat , dan keyakinan pada kemampuan sendiri merupakan harga mati yang harus dimiliki oleh para penelusur gua ( caver ) .  Sesekali saya melihat kebawah untuk mencari pijakan yang tidak terlalu licin , maklum saja semalam hujan turun dengan derasnya , sehingga membuat lereng gua berair dan sangat licin . Beberapa kali dengkul saya terantuk batu karena lereng gua yang sangat licin .
                Adrenalin saya kian terpacu , degupan jantung semakin keras terdengar  . Beberapa saat saya bergantung di tali,  yang  disebut  pabrik pembuatnya bisa menahan beban sampai 2000 kg . Hingga akhirnya , segala ketegangan berakhir sudah . Setelah saya menjejakkan kaki ke dasar gua , sesekali saya mengadah ke atas  .” Sungguh pengalaman yang sangat luar biasa , sangat memacu adrenalin” guman saya dalam hati .   Tidak lama kemudian , teman setim yang lain juga ikut turun , maklum dalam penelusuran gua , 4 orang merupakan hal yang minimal . Dengan pertimbangan , jika mengalami kecelakaan di dalam gua pada salah satu anggota tim , satu orang dibutuhkan untuk menjaganya , sedangkan dua lainnya mempersiapkan pertolongan ( rescue ) dan kalau tidak memungkinkan , mencari pertolongan kepada penduduk . 
                Setelah briefing singkat , akhirnya diputuskan tim akan melakukan eksplorasi gua dengan waktu yang telah ditetapkan .  Terang saja , di dalam gua pagi , siang , atau malam tidak menjadi perbedaan . Oleh karena itu para penelusur gua yang berniat masuk ke dalam gua selalu menetapkan waktu untuk keluar dari gua .  
                Udara dingin dan bau dari kotoran kelelawar merupakan “kado “ pembuka  , dan perlahan langkah kaki makin membawa masuk ke dalam lorong horizontal gua .  Cahaya dari alat penerang  , menyinari dan membuka tabir kegelapan abadi gua . Sesekali kami melirik ke kanan dan ke kiri agar dapat menemukan biota fauna gua .  Dan benar saja , beberapa kali kami melihat hewan- hewan yang telah beradaptasi dengan kegelapan total .  Bentuknya yang agak berbeda dibandingkan dengan hewan yang berada di daratan , ini dikarenakan karena hewan-hewan tersebut telah berevolusi cukup lama agar dapat beradaptasi dengan lingkungan nya . Dan saya juga sempat menemukan hewan yang siklus hidup nya hanya ada di lingkungan gua . 
Setelah mendapatkan dokumentasi dan hasil penelitian singkat  , bergegas saya dan tim menaiki tali ( prussiking  ) agar dapat kembali ke permukaan . Rasa lega dan puas menghinggapi para personil tim ,  semua teknis operasional berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan .
 Saat melakukan operasi di dalam gua , saya  pun tidak lupa dengan  etika   berkegiatan di dalam gua . Etika gua seperti  jangan mengambil apapun kecuali foto , jangan meninggalkan sesuatu di dalam gua kecuali jejak kaki , dan jangan membunuh apapun kecuali waktu , merupakan motto pegangan bagi para penelusur gua yang pada intinya bagaimana menelusuri keindahan gua tanpa merusak dan menggangunya . Karena lingkungan gua merupakan lingkungan yang sangat rentan akan kerusakan .  Oleh karena itu menjaga kelestarian lingkungan gua dan kawasan karst merupakan suatu hal yang perlu untuk dilakukan . Sumber daya air ,biota , formasi sedimen gua  perlu dijaga kelestariannya, ekologi di dalam dan diluar gua sangat erat hubungannya dan berada di dalam keseimbangan dinamis . Rehabilitasi kerusakan gua dan lingkungannya sangat mustahil untuk dilakukan .  Vandalisme  sangat merusak gua , dan itu sangat ditentang dan harus dihindari . Dan terpenting  hampir semua gua sebagai sumber daya alam yang perlu dilindungi .
                Perjalanan saya menyusuri lorong vertikal di kawasan karst Langkat , merupakan langkah awal saya  dan tim untuk menyusuri  lorong- lorong gelap abadi  yang terbentang dari barat – timur Indonesia  . Dan pastinya semakin menumbuhkan kecintaan saya kepada nusantara .
                Semoga kelestarian kawasan karst terus dijaga kelestariannya untuk generasi di masa mendatang.