Recent Posts

Popular Posts

Minggu, 03 Mei 2020

Mencumbu Dewi Kematian Di Ketinggian

   Antara hidup dan mati
Tak kan pernah aku kembali
Niatku sudah terpatri
Antara hidup dan mati
Darah keringat di batu
Terikat tali kehidupan
Rasa takut dan ragu-ragu
Mengundang dewa kematian
Berada di ketinggian
Menjawab segala tekanan
Angin kencang sebagai godaan
Kita harus mampu bertahan
Lagu pemanjat
Bukan lagu orang sekarat
Lagu pemanjat
Lagu orang yang kuat
Lagu pemanjat
Bukan hanya sekedar kuat
Lagu pemanjat
Lagu jiwa yang liat
Dinding dingin tebing terjal
Terus melambai lambaikan
Lagu Pemanjat
Oleh : Iwan Fals


                                                     
         Dari kejauhan semuanya terlihat kecil. Kini aku tidak lagi menjejak tanah. Kini aku melawan gravitasi untuk terus menambah ketinggian. Suara logam yang berdenting layaknya alunan melodi yang indah untuk di dengar ketika berada di ketinggian. Darah muda terus mendidih agar rasa takut dapat dilawan. Sesekali kaki bergetar karena semakin tinggi kini aku berada. Hembusan angin seperti bisikan lembut dewi kematian yang terasa sangat dekat. Nikmatnya bertaruh nyawa ketika bermain di ketinggian. 
        
          Ketika peluh membasahi sekujur tubuh dan kepalaku, berkali - kali pula kuhembuskan nafas untuk memberikan ketenangan diri. Mataku dengan liarnya melihat ke kanan dan ke kiri untuk mencari rekahan batu yang berwarna hitam legam itu. Jari - jemari, telapak tangan dan kakiku berkali - kali kucoba untuk dapat memberikan topangan agar tubuh terus dapat naik.  Setiap kurang lebih 3 - 4 meter sekali aku mencari rekahan batu untuk dapat diletak pengaman sisip sebagai pengaman tubuh. Tali berwarna mencolok yang terikat ke tubuh dan alat - alat yang didesain khusus,layaknya sebagai tumpuan nyawa ketika ketinggian terus bertambah.

          Hembusan nafas yang keluar layaknya seperti doa yang terlantun ke langit. Merasa begitu kecilnya sebagai seorang manusia di tengah kebesaran alam. Rasanya ketika melakukan pemanjatan, laksana penari yang sedang menari dengan gemulai. Tanpa penonton dan tanpa riuh tepuk tangan. Hanya ada Aku , Tebing dan Tuhan ketika berada di atas sana.


        Berharap semoga tebing batu hitam kelam tersebut tetap berdiri tegar disana. Ditengah - tengah perkebunan sawit yang mengapitnya. Berharap akan selalu ada anak muda lainnya , menempa dirinya untuk belajar di tengah kebesaran alam. Mengenal lebih dalam akan makna hidupnya, menguji daya tahan fisik begitu juga mentalnya. Melatihnya menjadi manusia agar tidak menjadi makhluk yang pongah.  Mendekatkan dirinya kepada Tuhan yang menciptanya dan ketika mencumbu dewi kematian  di ketinggian,  dia mengerti selayaknya hidup harus terus diperjuangkan.