MENJELAJAH
TOBA
I believe it is in our nature to explore, to reach
into the unknown.
The only true failure would be not to explore at all
(Sir Ernest Shackleton)
Kata eksplorasi seolah menjadi seperti sebuah kata yang tidak dapat ditolak dalam kamus kehidupan pribadi. Ketika seorang senior datang dengan tawaran eksplorasi dan pengembangan potensi wisata tanpa berpikir panjang tawaran tersebut segera aku sambar dengan cepatnya.Sedari berkuliah dulu, penjelajahan dan ekplorasi untuk menjangkau sudut-sudut terpencil dan sulit dijangkau seperti menjadi sebuah dorongan yang tidak dapat ditolak hingga kini.
Penjelajahan
luar biasa ini dimulai dari Lembah Sigapiton yang begitu indah. Lembah yang
dianugerahi dengan tanah yang subur, perbukitan hijau dan jernihnya air Danau
Toba yang menjadi sumber kehidupan masyarakat. Dewasa ini, Desa Sigapiton
berbenah diri untuk menjadi desa wisata. Terlihat beberapa penginapan yang
dikelola masyarakat desa dan beberapa bantuan yang diberikan oleh lembaga
negara dan perusahaan negara untuk mendukung kemajuan desa ini. Selain itu dari
percakapan yang dijalin dengan tokoh pemuda desa tersebut, pemerintah juga
telah memberikan beasiswa bagi masyarakat desa untuk belajar pengelolaan
wisata. Sungguh persiapan yang teramat baik dalam menyiapkan desa ini untuk
menjadi desa wisata kelak.
Desa Sigapiton
Dari
estimasi yang direncanakan, perjalanan akan dilakukan setiap pukul 8 pagi dan akan diakhiri pukul 4 sore.
Berkilo-kilo ransum, medis dan peralatan pendukung lainnya tim bawa sendiri
sebagai bekal. Di hari pertama hingga di siang hari perjalanan yang dilakukan
tidak ada tantangan yang begitu berarti.
Tampak rasa girang dan senang dari setiap personil karena merasakan sensai
tualang di tempat yang begitu indah dan terisolasi ini. Hampir dapat dikatakan
dari jarak yang telah ditempuh, hanya
terdapat bukit kosong tanpa pemukiman dan di sebelah kanan sepanjang mata jauh
memandang hanya air danau yang terlihat dan bukit – bukit yang memanjang tiada
bertepi.
Tantangan
penjelajahan ini baru terasa ketika sore mulai datang. Angin berhembus dengan
kencangnya. Sehingga Jimi sebagai ketua tim memutuskan untuk segera mencari
tempat berkemah untuk mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi. Dengan
cepat ketika melihat sebuah daratan, tim
putuskan untuk segera merapat dan menuntaskan penjelajahan di hari pertama.
Begitu indahnya
Toba dari campsite area, cahaya matahari begitu hangatnya menerpa tubuh. Melihat
keindahan yang begitu indahnya tak terasa tubuh yang sebelumnya dipacu
mendayung serasa pulih kembali. Tidak salah memang jika salah satu pemerintah
yang berada di sekitar Danau Toba menyebut “negeri indah kepingan surga”
sebagai jargon wisata yang menjadi andalan pemasukan daerah tersebut. Toba
begitu indah dari sudut terisolir ini. Hanya kami, bukit dan Danau Toba yang
ada. Inilah salah satu hal yang aku nantikan ketika bertualang. Mendapat lokasi
beristirahat yang memiliki bonus pemandangan indah. Tak henti mengucap syukur
atas segala hal yang didapat.
.
Campsite I
Hari kedua
penjelajahan pun dimulai, dengan energi dan semangat baru. Dengan rute yang
lebih menantang, tim terus mendayung agar target harian yang ditetapkan dapat
tercapai. Lagi dan lagi dengan segala keindahan Toba, tiada henti mulut ini
berguman dan berdecak kagum dapat menikmati keindahan Toba dengan menggunakan
wahana air dan dapat mengakses pula lokasi jauh nan terpencil yang di beberapa
titik hanya bisa dilewati dengan menggunakan transportasi air.
Dalam
perencanaan yang dilakukan, tim akan melewati Air Terjun Situmurun. Setelah
mencapai Air Terjun Situmurun, diputuskan untuk berhenti sejenak untuk
mengambil beberapa dokumentasi di air tejun ini yang begitu indah dan megah
ini. Sungguh sangat menyenangkan.
Air Terjun Situmurun
Terik matahari
terus meninggi namun semangat tidak boleh berhenti. Tidak ada kata berleha-
leha. Perencanaan yang sudah disiapkan harus dilaksanakan dengan sebaik
mungkin.
Terus mendayung
sembari melihat begitu indahnya pemandangan yang tersaji di depan mata.
Beruntung pula, ada anggota tim yang merupakan mahasiswa geologi yang
memberikan kursus singkat kepadaku tentang batuan yang berada di pinggiran
danau. Dia mengatakan begitu beragam jenis batuan yang terdapat di Toba karena
letusan vulkanis jutaan tahun lalu. Aku terperangah akan informasi yang
diberikan kerabat tersebut begitu kaya sumber daya alam yang dimiliki oleh
Toba. Hingga dia berkelakar, “ Toba ini tepat dijadikan wisata geologi kelas
dunia”. Mendengar hal itu, segera aku berimajinasi kelak wisata Toba dengan
menggunakan wahana air menjadi magnet
bagi para penjelajah dan ahli geologi dunia untuk melihat secara langsung
keunikan dan keindahan Toba.
Sore hari pada penjelahan di hari
kedua menjadi sebuah kisah yang tidak akan terlupa. Angin mulai datang dan awan
gelap mulai terlihat dari kejauhan. Beberapa anggota tim sudah berada jauh di
depan. Sialnya, logistik makanan dan berkemah dimuat pada kayak yang mereka
gunakan. Tinggal ada aku , Jimi dan Galung di 2 kayak yang berbeda berada di
belakang. Berkali – kali aku tiupkan peluit untuk menarik perhatian tim yang
berada di depan. Namun semuanya sia-sia.
Jarak diantara kami sudah teramat jauh. Hingga yang ada hanya umpatan
yang keluar akan kondisi yang menimpa kami. Tidak terbayangkan, hari itu kami
akan mendarat tanpa baju ganti, makanan dan peralatan berkemah. Sebuah hal
konyol yang akan terjadi dalam kondisi tubuh yang telah kehabisan energi dan
pakaian yang basah.
Terjadi sedikit pertentangan antara
kami. Memutuskan untuk segera merapat ke daratan atau terus melanjutkan
perjalanan untuk sampai di titik kami akan beristirahat. Galung yang dengan yakin dan semangat untuk
terus melanjutkan perjalanan. Terlihat dari kejauhan sebuah tanjung yang dari
peta digital yang kami bawa merupakan sebuah perkampungan. Dengan sisa tenaga
kami terus mendayung dengan angin yang terus berhembus kencang dan langit yang
semakin gelap.
Tantangan penjelajahan di Toba
terlihat sudah. Memacu diri hingga batas tertinggi. Tidak ada kata menyerah
sebelum sampai di tujuan atau memilih untuk melewati malam dengan konyol tanpa
ada makanan dan pakaian yang basah. Dengan segala konsekuensi, kami bertiga
terus mendayung tanpa henti. Lengan terasa sangat sakit karena dipaksa terus mendayung.
Namun tidak ada pilihan lain, jalan terus atau tidak sama sekali. Beberapa kali
kayak yang kami gunakan terhempas oleh kencangnya angin dan deburan air yang
terhempas oleh kencangnya angin.
Segala usaha tidaklah sia-sia.
Dengan segala tantangan seperti angin, deburan air yang menghempas dan energi
yang sudah di titik penghabisan kami akhirnya dapat melewati tanjung dan
mencapai pemukiman. Disana telah menunggu beberapa perangkat desa dan anggota
tim lain yang terlebih dahulu telah sampai. Rasa lelah yang sudah mencapai di
titik tertinggi segera sirna karena akhirnya sampai dengan selamat. Dalam hal
ini kami dapat melawan diri sendiri yang sempat putus asa. Ditambah dengan
umpatan yang aku semportkan kepada anggotan tim yang dengan sadar meninggalkan
kami di belakang. Sebuah penjelajahan yang menantang dan tidak terlupakan
dengan tantangan yang datang begitu hebatnya.
Sudut keindahan Danau Toba
Di hari ketiga,
perjalanan dilakukan tidak semenantang di hari sebelumnya. Rute yang akan kami
lewati yaitu melintasi danau untuk dapat sampai ke daratan di depan mata.
Melewati tengah hari kami telah sampai di sebuah teluk yang telah ditetapkan
sebagai titik istirahat selanjutnya. Beberapa kali, Kevin sebagai navigator
mengecek kembali smartphonenya untuk memastikan titik yang kami tuju merupakan
titik tujuan perjalanan yang tepat.
Dari kejauhan
terlihat tim darat telah menanti kami dengan melambaikan tangan. Segera dengan
cepat, rasa bahagia dan senang segera datang. Kami semakin cepat mendayung agar
semakin cepat sampai di daratan. Sampai pada akhirnya, kayak yang kami gunakan
menyentuh bibir danau yang memiliki pasir putih nan lembut tersebut. Tim darat
segera menjemput kami dengan segera.
Rasa syukur segera terucap, kami sampai di titik dimana kami dapat
bertemu lagi dengan tim darat. Segera kami disuguhi berbagai makanan dan
minuman yang begitu nikmat dan beragam. Nikmatnya bertualang ketika akhirnya
dapat bertemu dengan manusia lain dan disuguhi makanan nikmat dan banyak.
Tim beristirahat di pinggir danau
Penjelajahan ini
tidak hanya berbicara tentang eksplorasi. Namun juga berbicara tentang budaya
kesadaran lingkungan bagi masyarakat sekitar danau. Selain itu diadakan juga
program untuk anak-anak di sekitar danau dengan diadakannya lomba mewarnai.
Karena sejatinya pengembangan pariwisata tidak hanya berbicara bagaimana
mendatangkan wisatawan namun juga dapat memberikan kontribusi bagi pemeliharaan
lingkungan hidup dan pengembangan bagi masyarakat di sekitar lokasi wisata.
Dalam hal ini,
program Eksplorasi Toba ini telah dapat memberikan kontribusi tidak hanya bagi
kami pelaku penjelajahan namun juga bagi masyarakat sekitar sebagai pemilik sah
danau yang begitu indah dan menajubkan ini.
Yudha Pohan (Leader Eksplorasi Toba) melakukan penanaman pohon
Penjelajahan ini
akhirnya dapat terlesaikan dengana baik sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Kesempatan hebat ini telah memberikan pengalaman yang
tiada terlupa. Melawan batas diri, percaya dengan kemampuan sendiri, kerjasama,
dan berkontribusi menjadikan penjelajahan ini sebagai media pembelajaran hidup.
Ingin rasanya kembali ke Toba untuk mengulang kembali. Toba memang menawan,
Toba memang melegenda, Toba memang indah.
Ayo berwisata ke
Danau Toba!