Recent Posts

Popular Posts

Senin, 15 Mei 2017

Sebuah Kisah Perjalanan Di Tanah Jawa Part III

Kerabat dengan cepat menambah ketinggian, dan saya telah jauh tertinggal di belakang. Mungkin saya mempunyai prinsip mendaki gunung dengan tenang, perlahan dan stabil. Setiap pendaki mempunyai ciri khasnya masing – masing pula. Sesekali kepala mendongak ke atas, sepatu hiking boot hitam yang saya kenakan mencengkeram dengan keras tanah dan batuan dibawah. Perlahan – lahan kaki ini melangkah naik, naik dan terus naik. Namun bau belerang yang sangat menyengat, membuat nafas saya sedikit terganggu. Langsung saja, syal batik yang melilit leher segera berganti fungsi menjadi masker penutup hidung sebagai penahan bau belerang tersebut.
PUNCAK SINDORO

                Dengan segala perjuangan, akhirnya saya berhasil “mendapatkan” kerabat yang telah berada terlebih dahulu di Puncak Sindoro.Tanpa berpikir panjang saya langsung “memburunya” dan segera merangkul dengan eratnya.Sebagai luapan rasa bangga, dan sebagai bentuk selebrasi kemenangan kami saat itu. Kedua tangan saling kami tepukkan pula. “Akhirnya sampai juga ya brad! ” ucap saya kepada kerabat saat itu.
            Setelah bersitirahat sejenak sambil mengisi perut dengan beberapa batang cokelat dan saling bersenda gurau. Kami pun tidak lupa mengabadikan momen saat berada di puncak. Istirahat yang dirasa telah  cukup, dan dokumentasi  sudah pula terselesaikan, kini waktunya untuk “turun gunung”. Tubuh yang telah diberi asupan kalori, keberhasilan mencapai puncak, membuat hati saya girang untuk turun. Sesekali saya melihat ke belakang, “mungkin di lain waktu, saya akan kembali lagi Sindoro, "semoga” guman saya dalam hati. Dan ternyata di depan kerabat telah jauh meninggalkan saya di depan. “Hei, brad tunggu!”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar