Dewasa
ini, pendakian gunug merupakan sebuah kegiatan yang sangat banyak digemari.
Pendakian gunung tidak hanya menjadi sebuah hal eksklusif yang dilakukan oleh
pencinta alam dan perhimpunan pendaki gunung, namun semua kelompok masyarakat
yang ingin melakukan pendakian gunung berbondong – bondong untuk melakukannya.
Latar belakang untuk melakukan pendakian gunung juga sangat beragam. Mulai dari
sekedar menunjukkan eksistensi diri yang saat ini di dukung kemajuan teknologi
informasi, kebutuhan akan pengalaman baru, sebagai media olahraga, sebagai sebuah metode
pengembangan jiwa dan fisik, meraih
prestasi tidak hanya untuk diri sendiri, namun untuk organisasi/perhimpunan
sampai kejayaan sebuah bangsa atau negara.
Namun, pendakian
gunung bukan sebuah kegiatan yang bisa asal dilakukan. Pendakian gunung yang
merupakan sebuah kegiatan menggunakan alam terbuka sebagai medianya niscaya menuntut
banyak konsekuensi dan sarat dengan resiko. Telah banyak peristiwa yang
menyedihkan perihal jatuhnya korban dalam melakukan kegiatan tersebut. Mulai
dari tersesat, kedinginan, kekurangan bahan makanan, tidak siapnya fisik dan
mental dalam menghadapi kondisi / medan yang asing dan berat, dan masih banyak
hal – hal lain yang mengakibatkan kehilangan jiwa.
Kegiatan di alam terbuka yang sarat dengan resiko tidak
serta menjauhkan manusia untuk tidak melakukannya. Di dasari rasa ingin tau
yang besar, hal ini yang mendorong keberanian dan ketabahan dari dalam diri
seorang manusia untuk menghadapi tantangan alam. Namun semangat dan keberanian saja tidaklah
cukup, tetapi diperlukan pengetahuan tentang sifat – sifat alam dan kondisi geografisnya,
kesehatan, keterampilan menggunakan peralatan pendukung dan manfaatnya,dan
berbagai hal lain yang mendukung pendakian gunung agar dapat dilakukan dengan
aman dan menyenangkan.
Pendakian gunung dalam pengertian mountaineering terdiri
dari 3 tahap kegiatan, yaitu hill walking
(berjalan), rock climbing (memanjat
tebing), snow and ice climbing (mendaki
gunung es). Dari tiga tahap kegiatan tersebut, hill walking merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan di
Indonesia. Hal tersebut dimungkinkan karena kondisi geografis yang dimiliki
Indonesia. Dalam pendakian gunung ada 2 faktor yang mempengaruhi berhasil atau
tidaknya suatu pendakian. Faktor pertama
yaitu faktor yang sifatnya subjektif (intern), atau yang berasal dari pendaki
gunung itu sendiri seperti kondisi baik fisik dan mental dari pendaki gunung
serta pengetahuan dan pengalaman, dan jika faktor intern ini tidak dipersiapkan
dengan baik, maka pendaki gunung terancam oleh bahaya subjektif. Faktor kedua
bersifat objektif (ekstern), artinya yang datang dari luar pendaki gunung.
Bahaya yang mengancam dari luar ini datang dari objek yang dihadapi atau
didatangi (gunung), bahaya itu bisa berupa badai, hujan, udara dingin, kabut,
longsoran, dan lain sebagainya. Faktor
ekstern masih dapat untuk diperhitungkan, meskipun tidak semudah
memperhitungkan faktor intern.
Melihat dari peristiwa yang telah terjadi, kegagalan atau
kecelakaan yang sering terjadi di gunung – gunung Indonesia pada umumnya disebabkan oleh faktor intern, karena persiapan yang kurang. Persiapan
itu berupa persiapan fisik, pengetahuan, keterampilan, dan mental. Persiapan
fisik bagi pendaki gunung terutama menyangkut tenaga aerobiknya. Persiapan
perlengkapan untuk melakukan pendakian gunung pada umumnya mahal, hal ini
sangat wajar karena perlengkapan itu merupakan pelindung keselamatan pendaki
gunung itu sendiri. Gunung merupakan lingkungan yang asing, khusunya bagi para
pendaki gunung yang pada umumnya berasal dari masyarakat kota, dan karena itu
diperlukan perlengkapan yang memadai agar pendaki gunung mampu bertahan di lingkungan baru tersebut.
Sepatu yang kuat, ransel yang memberikan kenyamanan pada bahu, punggung dan
pinggang, tenda yang praktis dan kuat dalam menahan hujan dan angin, kantung
tidur yang hangat sudah pasti membuat pendakian gunung jauh lebih aman dan
menyenangkan.
Pendaki gunung juga harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan. Suatu hal yang penting pula untuk mengetahui karakteristik gunung yang akan di daki, karena hal ini
dapat mengurangi bahaya objektif. Dan
untuk mengusai medan dan memperhitungkan bahaya objektif, seorang pendaki
gunung harus mengusai pengetahuan tentang medan seperti membaca peta,
menggunakan kompas dan menggunakan alat navigasi modern seperti GPS. Memperkiran waktu pendakian perlu dilakukan,
ini berguna sebagai persiapan jumlah makanan yang dibutuhkan.
Beberapa hal dasar yang perlu
diperhatikan menurut UIAA (International Climbing and Mountaineering
Federation) dalam pendakian gunung yaitu :
1.Perhatikan segala faktor
sebelum melakukan pendakian, seperti kondisi, pengalaman dan pengetahuan.
2. Rencanakan pendakian
dengan baik (peta, keterangan tentang penduduk dan medan)
3. Menggunakan perlengkapan
dan pakaiaan yang tepat, jangan memakai jaket dan celana jeans. Pakaian dari bahan ini, terlihat kuat namun
sangat berbahaya apabila basah. Jeans sangat sulit kering, bahannya pun menjadi
sangat berat kalau basah. Dan di daerah seperti Indonesia dengan curah hujan
yang tinggi, memakain jeans untuk mendaki gunung merupakan suatu hal yang
mengundang kesulitan. Sepatu yang kuat dengan sol yang baik, juga pakaian kedap
air dan kedap angin tidak boleh untuk dilupakan pula.
4.
Perhatikan keadaan dan ramalan cuaca.
5. Buat perhitungan lamanya
perjalanan, informasi tentang rute yang akan ditempuh, bertujuan sebagai
kemungkinan penyelamatan jika terjadi situasi darurat (pemberitahuan kepada
perangkat desa, keluarga, atau perhimpunan/organisasi).
6.
Nikmati perjalanan dengan gembira dan
aman.
7. Jangan
berjalan sendirian.
8. Sesuaikan
waktu dengan anggota pendakian yang paling lemah.
9. Beristirahatlah tiap 1,5 – 2 jam. Makan
sedikit namun dengan tempo yang
sering.
10. Turun dari gunung sering kali
lebih sulit daripada mendakinya, tetap waspada dan fokus saat perjalanan turun.
11. Supaya gunung tetap bersih, bawa sampah
kembali ke bawah.
12. Jangan
menggangu atau merusak flora dan fauna.
Dalam
pendakian gunung hal yang paling penting diketahui , yaitu pengetahuan mengenai
diri sendiri. Apakah yakin bahwa fisik
dan mental dalam keadaan baik untuk melakukan sebuah pendakian. Berapa lama
dapat berjalan di medan pendakian,
ketinggian gunung yang dapat kita lalui, atau berapa lama daya tahan
tubuh dapat bertahan di tengah hujan atau badai di gunung. Semua hal tersebut
hanya diri sendiri yang dapat menjawabnya, segala hal yang dipaksakan dapat
berakibat fatal dan menghasilkan kesia-siaan. Pendakian gunung seharusnya
menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan, aman dan memberikan pengalaman baru
yang tiada terlupakan. Persiapan yang dilakukan untuk menghadapi tantangan yang
akan dilewati, tidak dapat dipungkiri untuk meraih kenikmatan saat berhasil menyelesaikan
tantangan yang ada. Dan pada akhirnya, pendakian gunung merupakan sebuah media
untuk menenangkan diri dari kehidupan perkotaan yang sangat membosankan,
melatih fisik dan mental, dan mendapatkan nilai yang lebih mendalam, dalam
pendakian gunung kita mendapatkan arti hidup yang sebenarnya dan menjadi
manusia yang sebenarnya saat kita kembali ke alam dan menyerap nilai – nilai
kehidupan darinya. Oleh karena itu pilihan mendaki gunung dengan aman, nyaman dan menyenangkan atau mendaki gunung dengan segala keterbatasan dan membuat ketidakyamanan, serta resiko besar yang siap mengambil jiwa anda. Tergantung anda menjatuhkan pilihan yang mana.
Sumber referensi : Norman Edwin ( Mendaki Gunug Sebuah Tantangan dan Petualangan) dan Werner
Hunter, Hiking ( Panduan Mendaki Gunung untuk Hobi, Kreasi dan Prestasi)