Recent Posts

Popular Posts

Minggu, 28 Mei 2017

Cerita Pendek I



AKU TAKUT ORDE ITU KEMBALI LAGI 

Hasil gambar untuk student movement of indonesia
Student Movement of Indonesia
Source: Google


            Akhir – akhir ini di daerah kelahiranku sedang terjadi sebuah kejadian pilu yang jika ditelaah lebih jauh lagi, kejadian tersebut tidak jauh berbeda dengan kejadian yang pernah terjadi puluhan tahun lalu di berbagai daerah di Republik yang dimana aku menjadi warga negaranya. Kejadian yang menghisap, merongrong, menginjak dan memukul sebuah aktifitas yang dilakukan masyarakatnya. Terlebih masyarakat yang terkena dampak tersebut kebanyak berasal dari kaum intelektual dan lebih tragis lagi seorang warga negara yang karena penampilan rambut ikal gondrongnya, pakaian lusuhnya  diciduk oleh alat Republik khatulistiwa karena dianggap mencurigakan. Dan kejadian tersebut terjadi saat dia sedang asyik berjalan di pinggir jalan di sekitar kampus dan sampai saat ini dia masih pula ditahan yang katanya untuk pencarian informasi lebih lanjut.

            Dari berbagai sumber yang ada, hingga saat ini kejadian tersebut masih menjadi berita hangat di daerah tempat saya dilahirkan. Berbagai suara protes karena alat Republik  dengan sangat kerasnya menangkap, memproses segala sesuatunya dengan cara – cara yang tidak manusiawi. Pernyataan “pelanggara HAM” kerap disuarakan oleh kawan – kawan yang merasa bahwa kejadian tersebut terlalu sangat mengusik kebebasan berpendapat di alam demokrasi yang sedang berproses di Republik tersebut. Segala usaha telah dilakukan dengan berbagai cara, dan yang paling baru hingga bertemu dengan wakil rakyat untuk mendapatkan keadilan dan kebenaran dalam mengusut kejadian yang sangat mengerikan ini. Bagaimana tidak, dari berbagai sumber yang ada, beberapa kali alat negara dengan secara paksa menggeledah, memukul, mengintimidasi bahkan hingga sampai jatuh korban saat melakukan aktivitas penggeladahan di tempat berkumpulnya para “raja jalanan dengan alat pengeras suara” ini. Oh My God, apakah dengan cara seperti ini alat negara memperlakukan warga negara walaupun jika dia bersalah? Jika hal itu memang terjadi tidaklah patut dibenarkan, apakah hanya aku yang memiliki pandangan seperti itu?  Jika iya, berarti tidaklah patut aku untuk hidup dan menetap di Republik yang memiliki bermacam – macam kebudayaan, kepercayaan dan hal lainnya.

            Apakah aku berlebihan jika aku berpikir jika orde yang telah puluhan tahun memeluk sebuah negara yang berada di garis khatulistiwa seperti bangkit kembali? Masih teringat dengan jelas dalam otakku, saat itu segala ide – ide, suara – suara yang mengkritik pemerintah menjadi musuh negara yang pantas untuk dibredel, diciduk, diamankan , ditangkap dengan paksa, dibunuh dan yang lebih tragis hilang tanpa jejak sampai saat ini. Kejadian yang terjadi di daerahku baru – baru ini ialah ingin menumpas dengan keras segala kritik – kritik yang dilakukan oleh kaum intelektual.  Jangan pula kita lupa dengan peran kaum – kaum intelektual di Republik garis khatulistiwa. Sepanjang sejarah perkembangan bangsa dan negara tidak pernah lepas pula dari anak – anak muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi. Hampir di setiap momentum penting bangsa dan negara tersebut selalu saja ada pengaruh dan kontribusi mereka. Janganlah pula itu dilupakan, wahai alat negara. Memamg benar kalian mempunyai tugas untuk menjaga keamanan, tapi jangan dilupakan pula setiap proses dalam menjaga keamanan mempunyai segala tata cara yang baku. Humanis lah kalian alat negara setiap kalian melakukan tugas, agar kalian dicintai masyarakat diluar golongan kalian. Jangan lupakan kalian bagian dari rakyat pembentuk Republik khatulistiwa, jangan pula mencederai hak – hak sipil, rasa kemanusiaan yang ada. Dan profesional dalam menjalankan segala kegiatan apapun itu bentuknya. Dunia telah berubah drastis,  rakyat diluar golongan kalian merupakan kekuatan yang maha dahsyat.

            Dan pada akhirnya, secara jujur dari lubuk hati yang paling dalam. Aku takut orde lalu itu kembali lagi. Mengekang, menindas, menghilangkan suara – suara yang menyatakan kebenaran. Buka mata dan hati, Republik Khatulstiwa tidak baik- baik saja, wajar jika mereka keluar dari “gua pertapaan” mereka. Kaum – kaum intelektual yang memiliki tanggung jawab moril terhadap perkembangan bangsa dan negaranya. Hanya butuh bimbingan dan pembinaan saja, tidak perlu dengan kekerasan. Bukankah segala sesuatu dapat pula dilakukan dengan cara yang indah dan bermartabat dan lebih tepatnya HUMANIS!

            Aku takut , benar – benar takut dengan hal ini. Aku takut jika kelak aku turun ke jalanan untuk menyuarakan segala hal yang tidak beres di Republik khatulistiwa aku bakal diciduk, diintimidasi dan lebih ditakutkan aku dihilangkan dengan sengaja tanpa jejak. Ah, kejadian yang lalu masih pula belum jelas titik terangnya, kemana mereka yang dihilangkan? Ya, sampai saat ini tidak apa perkembangan yang menggembirakan! Jadi berlebihankah jika aku menjadi paranoid ? Atau aku baiknya menjadi warga negara yang manut saja dengan semua hal yang ada di Republik dimana aku dilahirkan. Diam saja melihat ketidakadilan, diam saja melihat kesalahan kebijakan yang merugikan, diam saja dengan hal – hal lainnya. Pada akhirnya , aku memilih untuk terus berontak dengan segala kemampuan yang ada. Hal itu kulakukan, murni karena aku sayang, aku cinta dengan rakyat Republik khatulistiwa. Maafkan aku mama, jika anakmu ini kelak dapat  dinyatakan sebagai pemberontak dan mungkin dapat diciduk dan dihilangkan tanpa jejak pula. Mama ingin kuceritakan, semata – mata semua yang mereka lakukan murni karena mereka intelektual, kelompok anak muda yang selalu resah dengan segala ketidakberesan yang ada. Dan sekali lagi mama, ini untuk kebaikan bagi kita semua. Ingatlah itu mama...


Referensi:

  • https://nasional.tempo.co/read/news/2017/05/10/058873912/ditahan-polisi-mahasiswa-di-medan-muntah-darah
  • http://news.analisadaily.com/read/aji-medan-kecam-tindakan-penahanan-anggota-pers-mahasiswa/344778/2017/05/11
  • https://nasional.tempo.co/read/news/2017/05/10/058873956/buntut-demo-hardiknas-rusuh-polisi-gerebek-sekretariat-mahasiswa  
  • http://manatau.com/nasional/melakukan-aksi-solidaritas-massa-aksi-tuntut-pembebasan-mahasiswa-polrestabes-medan/
  • http://mudanews.com/hukum/2017/05/22/demo-solmed-massa-bantah-ambil-borgol-polisi-saat-kericuhan-di-usu/
  • http://waspada.co.id/medan/mahasiswa-kembali-demo-polrestabes-minta-3-rekannya-dibebaskan/

             

Rabu, 17 Mei 2017

SEBUAH CERITA PERJALANAN

NAPAK TILAS

KE DAERAH ISTIMEWA

            Sepeda motor putih hitam  bermerk Jepang sedari tadi dipanaskan bersiap untuk saya dan seorang kerabat gunakan. Sepeda motor tersebut akan kami gunakan sebagai moda transportasi menuju ke sebuah stasiun kereta api , yang terletak di sebuah kota timur Pulau Jawa.  ±40 menit kami habiskan waktu di atas “kuda besi” tersebut. Untuk menghabiskan waktu cara yang paling tepat ialah untuk saling bercerita namun menggunakan bahasa asing yang beberapa waktu sebelumnya telah saya dan kerabat pelajari di sebuah kampung bahasa. Bercerita, menghabiskan waktu selama perjalanan dan sebagai media latihan untuk membiasakan penggunaan bahasa asing dalam kehidupan sehari – hari.

            Tak terasa pula sampailah kami ke tempat yang kami tuju. Sebuah stasiun tua dengan bangunan khas era kolonial dengan  kayu besi yang digunakan sebagai media untuk pintu, pilar bangunan dan jendela. Tak bisa dibayangkan entah berapa tahun kayu – kayu tersebut digunakan namun sampai saat ini masih terlihat kuat dan kokoh. Terlihat berbagai kesibukan aktifitas manusia disana. Ada yang menunggu, mengantri dan aktifitas lainnya. Untuk memaksimalkan waktu, saat sepeda motor diletakkan di tempat yang telah disediakan, saya langsung melakukan pencetakan tiket kereta api. Dengan mesin canggih  yang  hanya  memasukkan beberapa digit angka dan huruf dan serta merta tiket kereta api yang saya inginkan langsung tercetak dengan segera. Sungguh sebuah kemajuan teknologi yang mengundang decak kagum, dan juga untuk saat ini tidak usah merepotkan diri untuk mengantri membeli tiket moda transportasi, tinggal mentransfer beberapa uang dan kita menerima beberapa digit angka dan huruf, dan hal tersebut bisa kita gunakan sebagai tiket masuk atau tiket penggunaan moda transportasi yang kita ingin gunakan. Fabulous! Dunia saat ini semakin mudah untuk melakukan berbagai kegiatan.

            Saya masih memiliki beberapa waktu untuk sejenak menghabiskan waktu di stasiun, dan langsung saja saya membuka nasi padang yang telah saya beli sebelumnya. Dan dengan lahap saya habiskan bekal tersebut. Dengan lauk kikil, kuah santan bercampur olahan berbagai jenis rempah, oh sangat nikmat sekali. Saya langsung memutuskan, bahwa nasi padang tersebut merupakan salah satu nasi padang terenak yang pernah saya nikmati selama berdomisili di Pulau Jawa. Tidak butuh lama untuk menghabiskan sebekal nasi padang tersebut. Setelah perut telah terisi dengan asupan makanan, saya putuskan untuk sekedar mengabadikan momen di depan stasiun tersebut. Menurut informasi yang pernah saya baca dari sebuah majalah ternama dunia yang fokus dalam bidang ilmu pengetahuan, stasiun tersebut merupakan salah satu stasiun tertua yang masih ada di bagian timur Pulau Jawa. Setelah dirasa cukup dengan beberapa kali jepretan menggunakan smartphone yang saya miliki, kemudian saya berpamitan dengan kerabat yang mengantar. Berpelukan dan saling memberi semangat satu sama lain, karena kami bersama di dalam sebuah usaha dan perjuangan untuk meggapai sebuah pengakuan legalitas yang menyatakan kami cakap dalam menggunakan bahasa asing.

            Tidak menunggu waktu lama, moda transportasi yang sedari saya tunggu telah datang, tepat waktu pula. Sebuah perubahan revolusioner dari perusahaan kereta api, yang telah menjadi transportasi murah, tepat waktu, nyaman, bersih dan aman. Sungguh sebuah perubahan yang sangat baik tentunya di dalam tubuh perusahaan "pelat merah" yang seharusnya memberikan yang terbaik bagi para penggunanya.

    
          ± 5 jam menggunakan “naga besi” akhirnya sampailah saya ke sebuah daerah istimewa yang masih mengakui sebuah sistem kerajaan. Walaupun hembusan keras sistem demokrasi tertiup ke berbagai sudut dunia ini, namun daerah ini masih bertahan dengan sebuah sistem politik yang telah digunakan sejak ratusan tahun lampau. Beberapa waktu saya habiskan untuk sekedar berkirim kabar kepada orang tua yang terpisah jarak ratusan kilometer dari tempat saya saat itu.  Zaman modern saat ini telah memberikan kemudahan kepada insan manusia untuk “memotong” jarak khususnya dalam bidang komunikasi. Tentu saja itu hal menggembirakan bagi manusia modern seperti saya.

            Saya memutuskan untuk berjalan kaki waktu itu, ingin menikmati kembali jalanan yang disajikan daerah istimewa tersebut. Pedadang kaki lima yang menjajakan dagangannya di daerah pejalan kaki, karya seni yang menghiasi setiap sudut kota, dan keramaian manusia dengan segala aktifitasnya. Oh, semua sisi dari kota ini seperti memberikan hal – hal yang akan selalu dirindukan.

            Tujuan saya saat itu masih sama, sebuah kampus nasional pertama di Republik ini. Sebuah kampus yang konon katanya, para civitas akademiknya berjuang bersama – sama pejuang untuk mempertahankan Republik ini di masa – masa genting dalam mempertahankan kemerdakaan dari rongrongan bangsa - bangsa berkulit putih dan “berambut jagung”. Hingga kini, sejarah kampus tersebut dan mantan pemimpin tertinggi kampus tersebut tersimpan dengan baik di museum kebanggan di daerah tersebut yang terletak tidak jauh dari titik nol kota istimewa tersebut.


            Di kota ini saya memiliki tujuan yang harus saya selesaikan dan berhubungan dengan kemampuan saya dalam berbahasa asing.  Selain tujuan utama tersebut, saya juga memiliki tujuan cadangan. Yaitu untuk bernostalgia kembali di kota penuh kenangan ini. Dan memang benar, saya tidak pernah bosan untuk selalu mengunjungi kota ini jika saya memiliki kesempatan. Memang tepat kota ini disematkan sebagai “ kota istimewa “.


            Selama beberapa waktu, saya habiskan waktu bersama seorang kerabat untuk mengunjungi jalanan bersejarah di kota tersebut yang ramai dengan wisatawan, penjual cinderamata dan penjaja jasa transportasi tradisional seperti andong dan becak. Selain itu untuk sekedar menambah pengetahuan, kami memilih untuk mengunjungi sebuah museum yang terletak di tengah kota istimewa tersebut. Dengan bea masuk hanya Rp.3.000 kami sudah bisa mengeksplorasi kekayaan sejarah bangsa ini terkhusus tentang segala perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan terkhusnya yang pernah terjadi di kota ini. Kota yang disebut sebagai kota pelajar, kota pusat budaya  Jawa, kota wisata dan sebutan lainnya.


            Sebuah perjalanan kembali ke sebuah kota yang penuh dengan romantisme sejarah bagi semua insan yang pernah hidup dan mengunjunginya. Tiada pernah berhenti datangnya arus wisatawan yang datang, memang kota ini berbeda, istimewa, dan tentu saja penuh dengan kenangan. Ya, kenangan yang tersimpan di setiap sanubari insan yang pernah berkaitan dengannya. Nyanyian kembali selalu berhembus di telinga setiap meninggalkannya.



Senin, 15 Mei 2017

Sebuah Kisah Perjalanan Di Tanah Jawa Part III

Kerabat dengan cepat menambah ketinggian, dan saya telah jauh tertinggal di belakang. Mungkin saya mempunyai prinsip mendaki gunung dengan tenang, perlahan dan stabil. Setiap pendaki mempunyai ciri khasnya masing – masing pula. Sesekali kepala mendongak ke atas, sepatu hiking boot hitam yang saya kenakan mencengkeram dengan keras tanah dan batuan dibawah. Perlahan – lahan kaki ini melangkah naik, naik dan terus naik. Namun bau belerang yang sangat menyengat, membuat nafas saya sedikit terganggu. Langsung saja, syal batik yang melilit leher segera berganti fungsi menjadi masker penutup hidung sebagai penahan bau belerang tersebut.
PUNCAK SINDORO

                Dengan segala perjuangan, akhirnya saya berhasil “mendapatkan” kerabat yang telah berada terlebih dahulu di Puncak Sindoro.Tanpa berpikir panjang saya langsung “memburunya” dan segera merangkul dengan eratnya.Sebagai luapan rasa bangga, dan sebagai bentuk selebrasi kemenangan kami saat itu. Kedua tangan saling kami tepukkan pula. “Akhirnya sampai juga ya brad! ” ucap saya kepada kerabat saat itu.
            Setelah bersitirahat sejenak sambil mengisi perut dengan beberapa batang cokelat dan saling bersenda gurau. Kami pun tidak lupa mengabadikan momen saat berada di puncak. Istirahat yang dirasa telah  cukup, dan dokumentasi  sudah pula terselesaikan, kini waktunya untuk “turun gunung”. Tubuh yang telah diberi asupan kalori, keberhasilan mencapai puncak, membuat hati saya girang untuk turun. Sesekali saya melihat ke belakang, “mungkin di lain waktu, saya akan kembali lagi Sindoro, "semoga” guman saya dalam hati. Dan ternyata di depan kerabat telah jauh meninggalkan saya di depan. “Hei, brad tunggu!”.