NAPAK TILAS
KE DAERAH ISTIMEWA
Sepeda motor putih hitam bermerk Jepang sedari tadi dipanaskan bersiap untuk saya dan seorang kerabat gunakan. Sepeda motor tersebut akan kami gunakan sebagai moda transportasi menuju ke sebuah stasiun kereta api , yang terletak di sebuah kota timur Pulau Jawa. ±40 menit kami habiskan waktu di atas “kuda besi” tersebut. Untuk menghabiskan waktu cara yang paling tepat ialah untuk saling bercerita namun menggunakan bahasa asing yang beberapa waktu sebelumnya telah saya dan kerabat pelajari di sebuah kampung bahasa. Bercerita, menghabiskan waktu selama perjalanan dan sebagai media latihan untuk membiasakan penggunaan bahasa asing dalam kehidupan sehari – hari.
Tak terasa pula sampailah kami ke tempat yang kami tuju. Sebuah stasiun tua dengan bangunan khas era kolonial dengan kayu besi yang digunakan sebagai media untuk pintu, pilar bangunan dan jendela. Tak bisa dibayangkan entah berapa tahun kayu – kayu tersebut digunakan namun sampai saat ini masih terlihat kuat dan kokoh. Terlihat berbagai kesibukan aktifitas manusia disana. Ada yang menunggu, mengantri dan aktifitas lainnya. Untuk memaksimalkan waktu, saat sepeda motor diletakkan di tempat yang telah disediakan, saya langsung melakukan pencetakan tiket kereta api. Dengan mesin canggih yang hanya memasukkan beberapa digit angka dan huruf dan serta merta tiket kereta api yang saya inginkan langsung tercetak dengan segera. Sungguh sebuah kemajuan teknologi yang mengundang decak kagum, dan juga untuk saat ini tidak usah merepotkan diri untuk mengantri membeli tiket moda transportasi, tinggal mentransfer beberapa uang dan kita menerima beberapa digit angka dan huruf, dan hal tersebut bisa kita gunakan sebagai tiket masuk atau tiket penggunaan moda transportasi yang kita ingin gunakan. Fabulous! Dunia saat ini semakin mudah untuk melakukan berbagai kegiatan.
Saya masih memiliki beberapa waktu untuk sejenak menghabiskan waktu di stasiun, dan langsung saja saya membuka nasi padang yang telah saya beli sebelumnya. Dan dengan lahap saya habiskan bekal tersebut. Dengan lauk kikil, kuah santan bercampur olahan berbagai jenis rempah, oh sangat nikmat sekali. Saya langsung memutuskan, bahwa nasi padang tersebut merupakan salah satu nasi padang terenak yang pernah saya nikmati selama berdomisili di Pulau Jawa. Tidak butuh lama untuk menghabiskan sebekal nasi padang tersebut. Setelah perut telah terisi dengan asupan makanan, saya putuskan untuk sekedar mengabadikan momen di depan stasiun tersebut. Menurut informasi yang pernah saya baca dari sebuah majalah ternama dunia yang fokus dalam bidang ilmu pengetahuan, stasiun tersebut merupakan salah satu stasiun tertua yang masih ada di bagian timur Pulau Jawa. Setelah dirasa cukup dengan beberapa kali jepretan menggunakan smartphone yang saya miliki, kemudian saya berpamitan dengan kerabat yang mengantar. Berpelukan dan saling memberi semangat satu sama lain, karena kami bersama di dalam sebuah usaha dan perjuangan untuk meggapai sebuah pengakuan legalitas yang menyatakan kami cakap dalam menggunakan bahasa asing.
Tidak menunggu waktu lama, moda transportasi yang sedari saya tunggu telah datang, tepat waktu pula. Sebuah perubahan revolusioner dari perusahaan kereta api, yang telah menjadi transportasi murah, tepat waktu, nyaman, bersih dan aman. Sungguh sebuah perubahan yang sangat baik tentunya di dalam tubuh perusahaan "pelat merah" yang seharusnya memberikan yang terbaik bagi para penggunanya.
± 5 jam menggunakan “naga besi” akhirnya sampailah saya ke sebuah daerah istimewa yang masih mengakui sebuah sistem kerajaan. Walaupun hembusan keras sistem demokrasi tertiup ke berbagai sudut dunia ini, namun daerah ini masih bertahan dengan sebuah sistem politik yang telah digunakan sejak ratusan tahun lampau. Beberapa waktu saya habiskan untuk sekedar berkirim kabar kepada orang tua yang terpisah jarak ratusan kilometer dari tempat saya saat itu. Zaman modern saat ini telah memberikan kemudahan kepada insan manusia untuk “memotong” jarak khususnya dalam bidang komunikasi. Tentu saja itu hal menggembirakan bagi manusia modern seperti saya.
Saya memutuskan untuk berjalan kaki waktu itu, ingin menikmati kembali jalanan yang disajikan daerah istimewa tersebut. Pedadang kaki lima yang menjajakan dagangannya di daerah pejalan kaki, karya seni yang menghiasi setiap sudut kota, dan keramaian manusia dengan segala aktifitasnya. Oh, semua sisi dari kota ini seperti memberikan hal – hal yang akan selalu dirindukan.
Tujuan saya saat itu masih sama, sebuah kampus nasional pertama di Republik ini. Sebuah kampus yang konon katanya, para civitas akademiknya berjuang bersama – sama pejuang untuk mempertahankan Republik ini di masa – masa genting dalam mempertahankan kemerdakaan dari rongrongan bangsa - bangsa berkulit putih dan “berambut jagung”. Hingga kini, sejarah kampus tersebut dan mantan pemimpin tertinggi kampus tersebut tersimpan dengan baik di museum kebanggan di daerah tersebut yang terletak tidak jauh dari titik nol kota istimewa tersebut.
Di kota ini saya memiliki tujuan yang harus saya selesaikan dan berhubungan dengan kemampuan saya dalam berbahasa asing. Selain tujuan utama tersebut, saya juga memiliki tujuan cadangan. Yaitu untuk bernostalgia kembali di kota penuh kenangan ini. Dan memang benar, saya tidak pernah bosan untuk selalu mengunjungi kota ini jika saya memiliki kesempatan. Memang tepat kota ini disematkan sebagai “ kota istimewa “.
Selama beberapa waktu, saya habiskan waktu bersama seorang kerabat untuk mengunjungi jalanan bersejarah di kota tersebut yang ramai dengan wisatawan, penjual cinderamata dan penjaja jasa transportasi tradisional seperti andong dan becak. Selain itu untuk sekedar menambah pengetahuan, kami memilih untuk mengunjungi sebuah museum yang terletak di tengah kota istimewa tersebut. Dengan bea masuk hanya Rp.3.000 kami sudah bisa mengeksplorasi kekayaan sejarah bangsa ini terkhusus tentang segala perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan terkhusnya yang pernah terjadi di kota ini. Kota yang disebut sebagai kota pelajar, kota pusat budaya Jawa, kota wisata dan sebutan lainnya.
Sebuah perjalanan kembali ke sebuah kota yang penuh dengan romantisme sejarah bagi semua insan yang pernah hidup dan mengunjunginya. Tiada pernah berhenti datangnya arus wisatawan yang datang, memang kota ini berbeda, istimewa, dan tentu saja penuh dengan kenangan. Ya, kenangan yang tersimpan di setiap sanubari insan yang pernah berkaitan dengannya. Nyanyian kembali selalu berhembus di telinga setiap meninggalkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar