Mencumbu Derasnya Jeram Ae Gayo – Lawe Alas dan
Merengkuh Nikmat Keindahan Hutan Hujan
Tropis Serambi Mekkah
Ayo semangat dayungnya, kuat ! Di depan ada batu besar
Pekikan
suara yang berteriak dari belakang, memacu setiap manusia yang berada di dalam
perahu karet untuk mengeluarkan semua tenaganya dan mengencangkan setiap otot
tangannya untuk mendayung lebih kuat. Jeram – jeram besar telah menanti di
depan, tidak ada kata mundur, yang ada hanya terima dan hadapilah dengan gagah
berani tantangan yang ada. Dengan dayung kuat dan serempak, perahu karet
berwarna biru dan merah yang kami
“tunggangi” membelah jeram – jeram besar
sungai tersebut.
Membelah riam |
Arung
jeram atau biasa disebut olahraga arus deras, merupakan salah satu kegiatan
kepetualangan alam bebas yang sangat menyenangkan namun juga dapat
membahayakan. Arus sungai yang besar dan deras merupakan hal yang paling
dicari- cari oleh para pencinta kegiatan yang sangat memacu adrenalin ini.
Arung jeram bukan kegiatan yang baru di Indonesia, dahulu masyarakat di pedalaman Indonesia yang
kebanyakan aktifitasnya menggunakan aliran sungai sebagai jalur transportasi
telah melakukan kegiatan ini. Yang membedakan hanya media untuk mengarungi
sungai, jika dahulu masih menggunakan kayu yang dijadikan sampan, di era modern
saat ini, perahu karet yang digunakan
untuk menerobos jeram – jeram besar yang ada di sungai. Tentu tentu saja
menggunakan perahu karet dan dayung khusus yang digunakan untuk mengarungi
sungai – sungai yang mempunyai arus deras.
Kesempatan
untuk mengarungi sungai arus deras yang ada di Indonesia tepatnya di Bumi
Serambi Mekkah. Saya lakukan tempo hari bersama kerabat dari KOMPAS – USU
(Korps Mahasiswa Pencinta Alam dan Studi Lingkungan Hidup Universitas Sumatera
Utara). Saya sempat merasakan derasnya jeram – jeram dan keindahan alam di sepanjang sungai yang
berada di Provinsi Aceh. Sungai ini merupakan salah satu sungai
terpanjang di Bumi Serambi Mekah.
Sungai yang melewati Taman Nasional Gunung Leuser dan berhilir sampai ke Samudera
Hindia. Sungai ini ini berada di sepanjang Kabupaten Gayo Lues, Aceh
Tenggara dan sampai ke Kabupaten Aceh
Selatan. Dahulu saat Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Gayo Lues masih
bersatu, sungai ini disebut dengan Lawe
Alas (Sungai Alas). Namun setelah Kabupaten Gayo Lues memekarkan
pemerintahan dari Kabupaten Aceh Tenggara, Lawe Alas yang mengalir di Kabupaten
Gayo Lues kemudian disebut oleh
masyarakat Gayo dengan Ae Gayo , Ae Agusan, atau Ae Leuser. Masyarakat Suku Gayo tidak berkenan jika sungai
yang mengalir di wilayah mereka masih
disebut dengan Lawe Alas, dikarenakan di daerah tersebut dihuni oleh masyarakat
Suku Gayo bukan masyarakat Suku Alas.
Salah satu sisi keindahan Ae Gayo |
Kegiatan pengarungan yang akan dilakukan telah direncakan beberapa bulan sebelumnya
baik melalui interprestasi peta topografi, informasi dari tim yang telah
sebelumnya mengarungi sungai tersebut, masyarakat sekitar sungai dan informasi
dari teman – teman mahasiswa pencinta alam yang berada di wilayah
Kutacane. Penentuan titik start
pengarungan dimulai dari Desa Ramung
yang berada di Kabupaten Gayo Lues, kira – kira ± 2,5 jam perjalanan dari
Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara. Dengan melewati jalanan yang menanjak ,
berkelok – kelok dan pemandangan Sungai Alas yang terlihat dari pinggir jalan .
Pemandangan yang begitu hijau dan indah dapat dilihat selama perjalanan menuju
Desa Ramung yang berada di Kecamatan Putri Betung Kabupaten Gayo Lues. Hutan
hujan tropis, perkebunan kemiri di perbukitan, dan udara sejuk khas pegunungan
makin menambah suasana yang begitu menyenangkan. Momen dan keindahahan alam
yang masih asri , yang sangat memanjakan mata.
Pengarungan
yang direncanakan, dibagi dalam beberap etape pengarungan. Perencanaan pengarungan dilakukan dalam
tempo maksimal 5 hari. Etape 1 dilakukan
dari Ramung – Jembatan Gumpang, etape ini masih berada di wilayah Kabupaten
Gayo Lues. Kemudian dilanjutkan etape II yaitu dari Serkil – Ketambe, etape III
Ketambe – Mbarung. Ketambe – Mbarung telah memasuki wilayah Kabupaten Aceh
Tenggara. Sebelum hari pengarungan dimulai, tim telah menuntaskan perizinanan
ke pihak – pihak terkait di wilayah sepanjang sungai. Seperti Kecamatan,
Kepolisian, TNI, Puskesmas, Kepala Desa
dan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser karena beberapa etape
pengarungan melewati Taman Nasional yang memerlukan izin khusus untuk
melewatinya.
Sungai
Ae Gayo – Lawe Alas, bukan sungai yang sembarangan. Sungai ini sangat diminati
oleh para pencinta olahraga arus deras baik dari dalam negeri maupun dari luar
negeri. Sudah beberapa ekspedisi yang
dilakukan di sungai ini. Baik yang dilakukan para perhimpunan pencinta alam dan
para penggiat arung jeram. Sungai ini
sangat tepat dijadikan sebagai sungai untuk pengarungan sekelas ekspedisi.
Selain jalur pengarungan yang panjang yang membutuhkan manajemen ekspedisi yang
kompleks, jeram – jeram yang liar dan buas jika memasuki musim pengarungan yang
jatuh pada bulan Mei - Juni. Selain itu
nilai lebih dari sungai ini, sungai Ae
Gayo – Lawe Alas dikelilingi oleh hutan hujan tropis Taman Nasional
Gunung Leuser yang memiliki keindahan yang tiada tara. Dan masyarakat Gayo –
Alas yang masih mempertahankan kebudayaan asli mereka.
Dari Desa Ramung , pengarungan hari pertama dilakukan.
Setelah berpamitan dengan masyarakat desa dan pihak – pihakt terkait yang ada
di Kecamatan Putri Betung tim langsung menurunkan segala peralatan untuk
mengarungi sungai yang memiliki air yang sangat dingin ini. Maklum hulu dari
sungai ini berasal dari Gunung Leuser yang masih terjaga kondisinya. Start
pengarungan tidak jauh dari jalan raya,
sehingga memudahkan untuk mencapai start pengarungan. Perahu karet,
peralatan pengarungan seperti dayung, pelampung , helm, pompa angin , dan
perbekalan selama pengarungan dibawa turun ke start pengarungan. Start
pengarungan Ae Gayo sangat menantang dan sangat memacu adrenalin. Suara gemuruh
air yang sangat besar terus memacu
jantung untuk memompa darah lebih cepat dari biasanya. Jeram – jeram besar yang
dapat membalikkan perahu, batu – batu besar yang dapat menjadi penghalang
manuver perahu karet merupakan pemandangan yang sangat jelas di depan mata.
Namun karena jiwa muda tim yang haus akan tantangan, segala tantangan tersebut
malah memacu adrenalin untuk segera mengarungai jeram – jeram yang telah
menanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar