Recent Posts

Popular Posts

Minggu, 23 Oktober 2016

Bertualang di Bumi Serambi Mekkah part I


Mencumbu Derasnya Jeram Ae Gayo – Lawe Alas dan Merengkuh Nikmat Keindahan Hutan Hujan  Tropis Serambi Mekkah

Ayo semangat dayungnya, kuat ! Di depan ada batu besar
            Pekikan suara yang berteriak dari belakang, memacu setiap manusia yang berada di dalam perahu karet untuk mengeluarkan semua tenaganya dan mengencangkan setiap otot tangannya untuk mendayung lebih kuat. Jeram – jeram besar telah menanti di depan, tidak ada kata mundur, yang ada hanya terima dan hadapilah dengan gagah berani tantangan yang ada. Dengan dayung kuat dan serempak, perahu karet berwarna biru dan merah  yang kami “tunggangi”  membelah jeram – jeram besar sungai tersebut.
Membelah riam





            Arung jeram atau biasa disebut olahraga arus deras, merupakan salah satu kegiatan kepetualangan alam bebas yang sangat menyenangkan namun juga dapat membahayakan. Arus sungai yang besar dan deras merupakan hal yang paling dicari- cari oleh para pencinta kegiatan yang sangat memacu adrenalin ini. Arung jeram bukan kegiatan yang baru di Indonesia, dahulu  masyarakat di pedalaman Indonesia yang kebanyakan aktifitasnya menggunakan aliran sungai sebagai jalur transportasi telah melakukan kegiatan ini. Yang membedakan hanya media untuk mengarungi sungai, jika dahulu masih menggunakan kayu yang dijadikan sampan, di era modern saat ini, perahu karet yang  digunakan untuk menerobos jeram – jeram besar yang ada di sungai. Tentu tentu saja menggunakan perahu karet dan dayung khusus  yang digunakan untuk mengarungi sungai – sungai yang mempunyai arus deras.
            Kesempatan untuk mengarungi sungai arus deras yang ada di Indonesia tepatnya di Bumi Serambi Mekkah. Saya lakukan tempo hari bersama kerabat dari KOMPAS – USU (Korps Mahasiswa Pencinta Alam dan Studi Lingkungan Hidup Universitas Sumatera Utara). Saya sempat merasakan derasnya jeram – jeram  dan keindahan alam di sepanjang sungai yang berada di Provinsi Aceh. Sungai ini merupakan salah satu  sungai terpanjang di Bumi Serambi Mekah. Sungai yang melewati Taman Nasional Gunung Leuser dan berhilir sampai ke Samudera Hindia. Sungai ini ini berada di sepanjang Kabupaten Gayo Lues, Aceh Tenggara  dan sampai ke Kabupaten Aceh Selatan. Dahulu saat Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Gayo Lues masih bersatu, sungai ini disebut dengan Lawe Alas (Sungai Alas). Namun setelah Kabupaten Gayo Lues memekarkan pemerintahan dari Kabupaten Aceh Tenggara, Lawe Alas yang mengalir di Kabupaten Gayo Lues kemudian  disebut oleh masyarakat Gayo dengan Ae Gayo , Ae Agusan, atau Ae Leuser. Masyarakat Suku Gayo tidak berkenan jika sungai yang  mengalir di wilayah mereka masih disebut dengan Lawe Alas, dikarenakan di daerah tersebut dihuni oleh masyarakat Suku Gayo bukan masyarakat Suku Alas.
Salah satu sisi keindahan Ae Gayo


 Kegiatan pengarungan yang akan dilakukan  telah direncakan beberapa bulan sebelumnya baik melalui interprestasi peta topografi, informasi dari tim yang telah sebelumnya mengarungi sungai tersebut, masyarakat sekitar sungai dan informasi dari teman – teman mahasiswa pencinta alam yang berada di wilayah Kutacane.  Penentuan titik start pengarungan dimulai dari  Desa Ramung yang berada di Kabupaten Gayo Lues, kira – kira ± 2,5 jam perjalanan dari Kutacane Kabupaten Aceh  Tenggara.  Dengan melewati jalanan yang menanjak , berkelok – kelok dan pemandangan Sungai Alas yang terlihat dari pinggir jalan . Pemandangan yang begitu hijau dan indah dapat dilihat selama perjalanan menuju Desa Ramung yang berada di Kecamatan Putri Betung Kabupaten Gayo Lues. Hutan hujan tropis, perkebunan kemiri di perbukitan, dan udara sejuk khas pegunungan makin menambah suasana yang begitu menyenangkan. Momen dan keindahahan alam yang masih asri , yang sangat memanjakan mata.
            Pengarungan yang direncanakan, dibagi dalam beberap etape pengarungan.   Perencanaan pengarungan dilakukan dalam tempo maksimal 5 hari.  Etape 1 dilakukan dari Ramung – Jembatan Gumpang, etape ini masih berada di wilayah Kabupaten Gayo Lues. Kemudian dilanjutkan etape II yaitu dari Serkil – Ketambe, etape III Ketambe – Mbarung. Ketambe – Mbarung telah memasuki wilayah Kabupaten Aceh Tenggara. Sebelum hari pengarungan dimulai, tim telah menuntaskan perizinanan ke pihak – pihak terkait di wilayah sepanjang sungai. Seperti Kecamatan, Kepolisian, TNI, Puskesmas, Kepala Desa  dan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser karena beberapa etape pengarungan melewati Taman Nasional yang memerlukan izin khusus untuk melewatinya.
            Sungai Ae Gayo – Lawe Alas, bukan sungai yang sembarangan. Sungai ini sangat diminati oleh para pencinta olahraga arus deras baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.  Sudah beberapa ekspedisi yang dilakukan di sungai ini. Baik yang dilakukan para perhimpunan pencinta alam dan para penggiat arung jeram.  Sungai ini sangat tepat dijadikan sebagai sungai untuk pengarungan sekelas ekspedisi. Selain jalur pengarungan yang panjang yang membutuhkan manajemen ekspedisi yang kompleks, jeram – jeram yang liar dan buas jika memasuki musim pengarungan yang jatuh pada bulan Mei - Juni. Selain itu  nilai lebih dari sungai ini, sungai Ae  Gayo – Lawe Alas dikelilingi oleh hutan hujan tropis Taman Nasional Gunung Leuser yang memiliki keindahan yang tiada tara. Dan masyarakat Gayo – Alas yang masih mempertahankan kebudayaan asli mereka.
         Dari Desa Ramung , pengarungan hari pertama dilakukan. Setelah berpamitan dengan masyarakat desa dan pihak – pihakt terkait yang ada di Kecamatan Putri Betung tim langsung menurunkan segala peralatan untuk mengarungi sungai yang memiliki air yang sangat dingin ini. Maklum hulu dari sungai ini berasal dari Gunung Leuser yang masih terjaga kondisinya. Start pengarungan tidak jauh dari jalan raya,  sehingga memudahkan untuk mencapai start pengarungan. Perahu karet, peralatan pengarungan seperti dayung, pelampung , helm, pompa angin , dan perbekalan selama pengarungan dibawa turun ke start pengarungan. Start pengarungan Ae Gayo sangat menantang dan sangat memacu adrenalin. Suara gemuruh air yang sangat besar  terus memacu jantung untuk memompa darah lebih cepat dari biasanya. Jeram – jeram besar yang dapat membalikkan perahu, batu – batu besar yang dapat menjadi penghalang manuver perahu karet merupakan pemandangan yang sangat jelas di depan mata. Namun karena jiwa muda tim yang haus akan tantangan, segala tantangan tersebut malah memacu adrenalin untuk segera mengarungai jeram – jeram yang telah menanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar